Menuju Swasembada

Pangan 2017

Kementerian Pertanian Republik Indonesia bertekad untuk mewujudkan pertanian industrial unggul berkelanjutan berbasis sumber daya lokal demi meningkatkan kemandirian pangan, ekspor dan kesejahteraan petani.

ESTU SURYOWATI - Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan
Kamis, 3 Oktober 2013

Wamentan: Ayam "Pahlawan" Komoditas Pangan

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan mengatakan, ayam dan telur ayam merupakan pahlawan komoditas pangan karena produksinya lumayan besar, meski konsumsi masyarakat Indonesia masih rendah.

"Daging ayam produksi 2012 sebesar 1,4 juta ton. Dan ini meningkat setiap tahun mengikuti pertumbuhan penduduk. Dia mengisi 53 persen dari kebutuhan seluruh protein hewani," kata Rusman dalam opening ceremony ILDEX Indonesia 2013, di Grha Niaga, JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (3/10/2013).

Sementara itu, lanjut Rusman, produksi telur ayam mencapai 1,05 juta ton, dan memenuhi 70 persen dari kebutuhan telur.  "Khusus ayam dan telur ini bagus. Ini pahlawan buat saya. Kita tidak pernah ribut kekurangan daging ayam dan telur. Bahkan pernah jadi eksportir," ujarnya.

Namun demikian, Rusman menyayangkan konsumsi masyarakat Indonesia atas dua komoditas pangan tersebut masih rendah. Konsumsi daging ayam rata-rata orang Indonesia hanya 7,6 kg per kapita per tahun jauh di bawah Thailand dan Malaysia yang lebih dari 10 kg per kapita per tahun. Sementara konsumsi telur ayam rata-rata orang Indonesia hanya 90 butir per kapita per tahun. Artinya, orang-orang Indonesia mengonsumsi telur 4 hari sekali.

"Jadi walaupun hebat sisi suplai, tapi konsumsi relatif rendah. Saya berharap pelaku bisnis ini menciptakan demand driven," ungkapnya.

Berdasarkan data Forum Media Peternakan, 2012, disebutkan orang-orang Indonesia bukan tidak mampu membeli telur ayam untuk memenuhi kebutuhan proteinnya. Harga satu butir telur hanya Rp 1.000/butir, hampir sama dengan harga satu batang rokok.

Konsumsi telur ayam masyarakat Indonesia hanya 87 butir per kapita per tahun. Ini merupakan yang paling rendah di ASEAN. Sementara untuk rokok, ternyata orang Indonesia membakar 1.108 rokok per orang per tahun. Ini menjadikan Indonesia sebagai konsumen terbesar dunia.

Data tersebut menyebutkan menurut lembaga Demografi UI, mayoritas konsumen rokok adalah penduduk berpenghasilan rendah.