Menuju Swasembada

Pangan 2017

Kementerian Pertanian Republik Indonesia bertekad untuk mewujudkan pertanian industrial unggul berkelanjutan berbasis sumber daya lokal demi meningkatkan kemandirian pangan, ekspor dan kesejahteraan petani.

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA - Ilustrasi: Panen tebu.
Kamis, 10 Oktober 2013

Cita-Cita Swasembada Pangan 2014, Ini Kata DPR


JAKARTA, KOMPAS.com – Pemerintah bercita-cita mencapai swasembada pangan pada 2014. Sejumlah komoditas, yakni beras, jagung, kedelai, gula dan daging harus bisa dicukupi dari dalam negeri. Sayangnya, hingga triwulan akhir 2013, ketersediaan kelima komoditas tersebut masih mengandalkan impor luar negeri.

Ketua Komisi IV DPR RI, Romahurmuzy mengatakan, dirinya pesimistis cita-cita tersebut akan terwujud. “Saya pesimis ya, kan beberapa waktu yang lalu kita sudah berbicara soal daging. Dengan adanya aturan pembebasan impor daging premium, dan impor bebas sapi siap potong sesungguhnya swasembada daging sapi ini sudah melenceng jauh dari target yang harus dicapai,” kata pria yang akrab disapa Rommy ini di Senayan, Jakarta, Kamis (10/10/2013).

Rommy pun kembali pesimistis membicarakan soal gula. Ia menilai, ada kesalahan perencanaan. Menurutnya insentif seharusnya diberikan kepada pabrik gula berbasis tebu, bukan pabrik rafinasi.

“Kapasitas pabrik rafinasi bisa 5,7 juta ton bisa dicapai dalam kurun waktu 10 tahun. Sementara pabrik gula berbasis tebu dalam 153 tahun beroperasi baru 5,7 juta ton. Pemerintah perlu koreksi kebijakan gula ke depan. Jadi merajalelanya gula rafinasi tidak memakan industri gula berbasis tebu,” katanya.

“Tahun depan program swasembada gula sulit tercapai. Apalagi proyeksi Juli 2014,sebesar 2,7 juta ton harusnya dikoreksi,” ucap Rommy.

Begitu pula dengan kedelai. Komoditas bahan baku pembuatan tahu tempe itu saat ini produksi nasionalnya hanya748.000 ton. Itu, jauh dari kebutuhan nasional yang sebesar 2,2 juta ton.

Sebagai catatan, peningkatan produksi kedelai terkendala sejumlah faktor, mulai dari perluasan area tanam baru, hingga kebijakan tata niaga yang terkesan malah menguntungkan jika komoditas tersebut diimpor daripada diproduksi dalam negeri. “Itu mustahil siapapun pemerintahnya. Jadi tidak tercapai,” kata anggota dewan dari fraksi PPP itu.

Sementara untuk produksi jagung dalam negeri saat ini belum memenuhi syarat industri. Sehingga importasi masih menjadi pilihan. “Beras memang bisa swasembada. Tetapi yang kita cita-citakan surplus 10 juta ton beras tahun 2014. Kalau tahun 2012 yang lalu hanya 5,6 juta ton kemudian di tahun 2013 aram-1 (angka ramalan) hanya naik 0,3 persen  artinya produksi tahun ini tidak akan mencapai 5,7 juta ton. Bagaimana mungkin surplus 10 juta ton tahun depan,” katanya.

Rommy mengatakan, 4 dari 5 komoditas tersebut tak akan mencapai swasembada pada 2014, kecuali beras. Namun, beras pun diprediksi tak akan mencapai target 10 juta ton.