Menuju Swasembada

Pangan 2017

Kementerian Pertanian Republik Indonesia bertekad untuk mewujudkan pertanian industrial unggul berkelanjutan berbasis sumber daya lokal demi meningkatkan kemandirian pangan, ekspor dan kesejahteraan petani.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO - Ilustrasi
Jumat, 18 Oktober 2013

Musim Tanam Hadapi Masalah


JAKARTA, KOMPAS.com
- Setelah dua musim tanam yang lalu sukses, penanaman padi untuk musim tanam pertama yang dimulai Oktober menghadapi beberapa masalah. Persoalan yang mendasar seperti pasokan air dan hama ditemukan di beberapa daerah.

Di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, untuk mengantisipasi merebaknya serangan hama wereng coklat, ratusan hektar tanaman padi di lumbung pangan disemprot dengan pestisida. Kebijakan itu untuk menjaga produksi beras tetap surplus.

”Luas hamparan tanaman padi yang disemprot sekitar 170 hektar dengan rincian di Desa Putat 80 hektar dan Desa Sidodadi 90 hektar. Penyemprotan akan terus berlanjut pada hamparan tanaman di daerah lain yang berpotensi terkena serangan hama wereng coklat,” ujar Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Madiun Mochammad Nadjib.

Nadjib mengatakan, luas hamparan tanaman padi yang berpotensi terserang hama wereng mencapai 3.000 hektar dari total luas tanaman yang mencapai 20.000 hektar. Tanaman yang rawan itu berada di empat kecamatan, yakni Balerejo, Pilangkenceng, Geger, dan Wonoasri.

Untuk keperluan penyemprotan massal, dinas pertanian sudah menyiapkan bantuan obat pestisida cair 400 liter dan pestisida serbuk 300 kg. Namun, jika dirasa obat tersebut belum cukup, Dinas Pertanian Provinsi Jatim siap membantu.

Penyemprotan pestisida, lanjut Nadjib, dilakukan sejak dini ketika intensitas serangan masih relatif ringan. Tujuannya untuk menyelamatkan tanaman sehingga tetap mampu berproduksi secara maksimal.

Penyemprotan hama dan pemberian bantuan pestisida itu disambut positif oleh petani.

”Kami terus terang sudah kewalahan mengatasi serangan wereng walaupun baru merebak dalam beberapa hari. Pasalnya, serangannya sangat cepat dan ganas sehingga sulit ditanggulangi,” ucap Basuki, petani di Desa Kaibon.

Di Jawa Tengah bagian selatan, kemarau yang masih terjadi menyebabkan mundurnya musim tanam di sebagian besar sentra pertanian.

Sejumlah sawah tadah hujan di wilayah Kabupaten Banyumas, Cilacap, dan Purbalingga, yang sebelumnya baru saja panen palawija, masih dibiarkan kosong.

Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Banyumas Widarso mengatakan, akibat mundurnya musim hujan, dari sekitar 32.000 hektar sawah di Banyumas, saat ini baru sekitar 3.000 hektar yang memulai musim tanam.

Kesulitan air juga dilaporkan terjadi di Palembang, Sumatera Selatan. Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Sumsel Ilfantria mengatakan, pembangunan saluran air dengan pintu air khusus untuk kawasan rawa mutlak diperlukan jika ingin menambah masa tanam.

Akan tetapi, Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Jawa Timur Achmad Nurfalakhi di Surabaya, mengatakan, petani di wilayahnya, mulai dari di Tuban hingga Bojonegoro, yang berada di daerah aliran Sungai Bengawan Solo, kini mulai menanam padi.

”Kekurangan air yang dialami petani diatasi dengan memompa air dari Sungai Bengawan Solo,” katanya. (DMU/ITA/WER/GRE/SIR/WHO/IRE/NIK/WIE/ETA)