Menuju Swasembada

Pangan 2017

Kementerian Pertanian Republik Indonesia bertekad untuk mewujudkan pertanian industrial unggul berkelanjutan berbasis sumber daya lokal demi meningkatkan kemandirian pangan, ekspor dan kesejahteraan petani.

KOMPAS/PRIYOMBODO - Pekerja memperlihatkan kedelai impor di toko Sinar Kedele di kawasan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Sabtu (2/3/2013).
Senin, 21 Oktober 2013

Soal Swasembada Kedelai, Wamentan Mulai Realistis


JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan mulai realistis soal swasembada komoditas kedelai pada 2014. Ditemui sebelum rapat kerja dengan Komisi IV DPR RI, ia mengatakan, tidak mungkin dalam tempo 1 tahun produksi kedelai nasional bisa mencapai 2,5 juta ton.

"Mau bilang apa soal kedelai. Yang penting sebenarnya bukan persoalan swasembada. Rasanya enggak mungkin 2014, masa dalam setahun bisa capai lompatan," kata Rusman kepada Kompas.com, di gedung parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (21/10/2013).

Sehingga, lanjut Rusman, yang bisa dilakukan adalah memaksimalkan setinggi-tingginya pencapaian produksi. Menurutnya, jika produksi nasional kedelai pada 2014 mencapai 1 juta ton itu pun sudah dibilang prestasi.

Beberapa waktu lalu, Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Udhoro Kasih Anggoro mengatakan, alokasi anggaran untuk mencapai swasembada kedelai masih sangat minim. Ia mengatakan alokasi anggaran 2014 untuk kedelai hanya sekitar Rp 700 miliar, sementara idealnya Rp 2,1 triliun.

Ketika dikonfirmasi soal anggaran yang minim itu, Rusman mengamini. "Ya kalau soal kurang sih kurang saja. Makanya kalau kita bicara anggaran, kita bicara money follows function. Jadi sebenarnya apa, kalau selalu anggaran, ehg, itu ya memang itu kenyataannya seperti itu, terbatas, tapi bukan berarti kita enggak bisa lakukan apa-apa," aku Rusman.

Di sisi lain, tak tercapainya target produksi kedelai tahun ini disebabkan tak hanya kurangnya lahan. Namun, tidak adanya sistem perbenihan yang baik. Oleh karena itu, Rusman mengatakan, pihaknya telah membangun jaringan antara Balitbang Kementerian Pertanian, balai benih di daerah, dan UPT.

Ia mengaku mengkoordinasi sendiri jaringan itu. Rusman mengatakan selama ini benih sebar (extension seed) selalu menjadi problem. Di musim tanam, benih belum tersedia. Tapi ketika lewat musim tanam, benih baru ada.

"Manajemen waktu pengadaan benih, bukan jumlahnya saja, tapi pengaturan jadwalnya. Kita koordinasi, antara litbang, ditjen tanamanan pangan, balai benih daerah. Kita buat network agar musim tanam 2014 itu sudah siap, tanpa harus menunggu anggaran 2014 turun," pungkasnya.