Menuju Swasembada

Pangan 2017

Kementerian Pertanian Republik Indonesia bertekad untuk mewujudkan pertanian industrial unggul berkelanjutan berbasis sumber daya lokal demi meningkatkan kemandirian pangan, ekspor dan kesejahteraan petani.

Dok Kementan - Mentan Andi Amran Sulaiman menyatakan tidak akan memberi rekomendasi impor karena yakin produksi dalam negeri cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Mentan melakukan kunjungan kerja ke daerah-daerah sentra bawang seperti Brebes dan Bima untuk memastikan pasokan.
Rabu, 24 Juni 2015

Strategi Efektif Kementan Jaga Stabilitas Harga Pangan

JAKARTA, KOMPAS.com - Melonjaknya harga bahan kebutuhan pokok di bulan Ramadhan sudah menjadi masalah dari tahun ke tahun. Tak terkecuali bahan pangan seperti beras, cabai, bawang merah, daging dan lainnya yang selalu dipermainkan harganya oleh para spekulan pasar dan ujung-ujungnya harus dilakukan impor untuk meredamnya.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman bertekad tetap tidak melakukan impor. Untuk mencapai tujuan itu, dirinya menyiapkan berbagai kebijakan strategis untuk menjaga kestabilan harga pangan.

Bawang merah misalnya, Mentan mengaku tidak akan memberikan rekomendasi impor karena yakin produksi dalam negeri cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dirinya pun langsung melakukan kunjungan kerja ke daerah-daerah sentra bawang seperti Brebes dan Bima untuk memastikan pasokan.

Pihaknya menghitung produksi seluruh Indonesia bawang 110 ribu ton, sedangkan kebutuhan kebutuhan 90.000 ton. Panen bawang merah yang ada di Bima menghasilkan sebanyak 40 ribu ton. Sedangkan panen di Brebes menghasilkan produksi bawang merah sebesar 50 ribu ton.

"Artinya, Brebes dan Bima sudah memenuhi kebutuhan (bawang merah) nasional bulan ini sudah cukup. Itu belum termasuk Banyuwangi, Enrekang, Janeponto, Minahasa, Probolinggo. Dua sentra ini saja sudah cukup," ujar Mentan.

Mentan menjelaskan, produksi hasil panen di Brebes dan Bima langsung dibeli oleh Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) untuk segera disebarkan ke daerah-daerah yang menunjukkan harga bawang merah tinggi seperti Jakarta, Jawa Timur, Lampung, dan Sulawesi Selatan.

"Di Bima, harganya dari petani hanya Rp 6.000 per kilogram. Kemudian kami langsung beli semua dengan harga Rp 8.000 per kilogram untuk dikirim ke Jakarta, Sulawesi Selatan, Lampung dan Jawa Timur supaya harga bisa stabil," ujarnya.

Mentan mengakui, rantai pasok bawang merah yang sebelumnya mencapai tujuh rantai, akan dipangkas jadi tiga atau empat dengan mensinergikan Kementan, Bulog dan Kementerian Perdagangan.

"Dari petani harganya Rp 6.000-Rp 7.000 per kilogram, seenaknya saja dijual di Jakarta Rp 30 ribu-Rp 40 ribu per kilogram. Ini yang harus kita pangkas rantai pasoknya," katanya.

Setelah yakin pasokan bawang merah mencukupi, Kementan berkoordinasi dengan Perum Bulog menggelar Operasi Pasar Murah di pasar-pasar tradisional di Jabodetabek dan daerah-daerah lainnya.

Untuk kawasan Jabodetabek, Kementan telah melakukan operasi pasar di 12 titik pasar ritel seperti Pasar Kramat Jati, Jatinegara, Klender, Rawasari, Cikini, Palmerah, Pasar Minggu, Kebayoran Lama, Kampung Bahari, Kalibaru Grogol, dan di Depok. Pemilihan lokasi berdasar perkiraan lokasi yang akan mengalami kenaikan harga secara signifikan hingga usai Lebaran.

"Jika diperlukan, kami akan tambah 12 titik itu menjadi 20 titik. Operasi pasar juga tidak hanya dilakukan di pasar-pasar saja, melainkan kita juga akan turun langsung di tengah-tengah masyarakat seperti perumahan agar dipastikan stok pangan yang dimiliki masyarakat sudah mencukupi hingga Lebaran nanti," jelasnya.

Selain itu, Menteri juga kerap melakukan inspeksi mendadak (Sidak) untuk mengecek efek dari operasi pasar yang dilakukan sebelum memasuki bulan Ramadan. Hasilnya, bila sebelum harga bawang merah di pasar Induk Keramat Jati Rp 30.000 per kilogram, dari hari ke hari makin menurun menjadi Rp 25.000 per kilogram. Harga kemudian turun lagi menjadi Rp 20.000 kilogram setelah digelar operasi pasar komoditas bawang merah dengan harga Rp 17.000 per kilogram.

Sidak tersebut dilakukan untuk mengecek efek dari operasi pasar yang dilakukan sebelum memasuki bulan Ramadan. Hasilnya, bila sebelum harga bawang merah di pasar Induk Keramat Jati Rp 30.000 per kilogram, dari hari ke hari makin menurun menjadi Rp 25.000 per kilogram, kemudian turun lagi menjadi Rp 20.000 kilogram setelah digelar operasi pasar komoditas bawang merah dengan harga Rp 17.000 per kilogram.

"Harga pagi ini bawang merah di Kramat Jati Rp20.000 sampai Rp 21.000. Di Pasar Klender dan Pasar Rumput masih terpantau Rp 25.000 karena baru hari ini dimulai operasi pasar. Harga Rp 25.000 kami anggap masih stabil, tapi saya maunya tetap turun lagi ke Rp 20.000," jelas Mentan.

Mentan mengaku, para pedagang di Pasar Induk Kramat Jati sempat meminta pada dirinya agar menghentikan operasi pasar karena harga dianggap sudah stabil. Ia yakin, kestabilan harga akan bertahan hingga Lebaran mengingat berlimpahnya pasokan.

"Sempat kan itu pedagang di Kramat Jati minta operasi pasar disetop. Mereka bilang harga sudah stabil, operasi pasar ini akan mengganggu perdagangan mereka. Jika benar demikian, operasi pasar akan kami geser ke titik-titik yang masih belum stabil," katanya.

Seorang pedagang di Pasar Induk Kramat Jati, Sudjono menilai, dengan adanya operasi pasar ini cukup berimbas bagi usahanya. Sehingga dirinya menurunkan harga dagangannya mengingat barangnya tidak tahan lama.

"Pak Menteri, tolong operasi pasar ini dipindah saja. Kan di sini sudah stabil harganya. Bahkan sempat lebih murah dari harga Bulog," kata Sudjono.

Sementara itu, Lina Yuniarti, seorang konsumen Pasar Induk Kramat Jati berpendapat operasi pasar yang digelar sinergi Kementan dan Bulog ini sangat membantu masyarakat. Dirinya berpengalaman, selalu pusing dengan melonjaknya harga-harga kebutuhan pokok saat puasa dan jelang Lebaran.

"Kalau menurut saya sih ini bagus ya. Karena kita bisa beli dengan harga yang wajar. Dengan begini itu pedagang yang seenaknya menaikkan harga akan berfikir dua kali bila ingin menjual mahal. Kan dagangannya bisa rusak," ujar Lina.

Pemerintah akan melakukan pemantauan harga-harga kebutuhan pokok sehari dua kali dan membuka pasar-pasar murah di tempat yang harga bahan-bahan pokoknya relatif lebih tinggi.

"Kita lakukan koordinasi. Untuk operasi pasar itu dilakukan oleh Kementan, Bulog dan Kemendag. Kemudian untuk angkutan umum kita akan melakukan koordinasi dengan Kementerian Perhubungan. Kami bangun skenario bersama Mendag dan Bulog. Pertama, memantau harga Sehari dua kali karena produksi kita aman, pastikan harga di lapangan stabil," jelas Mentan.

Menurutnya, hal ini merupakan cara efektif dengan langsung menyasar pada tempat yang menunjukkan harga lebih tinggi untuk mengendalikan harga. Sementara dalam koordinasi antar kementerian, sudah disepakati angkutan untuk distribusi bahan pangan akan diprioritaskan melalui jalur perintis.

Terkait hal itu, pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI) mengapresiasi kinerja pemerintah dalam menjaga kestabilan harga pangan saat Ramadan dan Lebaran tahun ini.

Ketua Umum DPR RI Setya Novanto menyatakan apresiasinya terhadap pemerintah yang sudah melakukan operasi pasar secara serentak di seluruh Indonesia.

"Saya terima kasih ke Presiden dan pemerintah yang sudah melakukan operasi pasar secara serentak. Jadi ini kelihatan pemerintah sudah melakukan koordinasi secara baik," ujarnya.

Dalam sidaknya, Setya mengakui ada beberapa bahan pokok yang harganya bergejolak, tapi tidak terlalu mendasar. Namun secara keseluruhan, harga-harga relatif stabil. Dia juga berharap pasokan pasar bahan-bahan tersebut tidak menipis menghadapi puasa dan lebaran.

"Saya bersama pak Fadli Zon, ninjau langsung dan kami melihat harga-harga di sini stabil dan tentu kita harap pemerintah terus mengadakan suatu peninjauan dan melihat langsung. Kita harapkan ke depan tetap terjaga. Ini tentu kita akan koordinasikan dan tinjau terus supaya jangan sampai ada gejolak harga yang berlebihan," ujarnya.