Daging Sapi Langka, Pedagang “Nakal” Berpotensi Mainkan Harga Pasar

Kompas.com - 13/08/2015, 10:30 WIB

Kelangkaan daging sapi dan harga yang begitu tinggi di pasaran diduga anggota DPD RI Sumatera Barat Nofi Candra disebabkan karena pemerintah salah mengambil kebijakan impor sapi. Menurutnya, kebijakan impor yang berubah-ubah dapat menjadi potensi pedagang dan pengusaha daging sapi yang “nakal” memainkan harga pasar.

“Kuat dugaan adanya indikasi penimbunan atau penahanan stok yang dilakukan oleh para pengusaha. Hal ini harus menjadi perhatian serius bagi pemerintah,” kata ia.

Menurutnya, jika indikasi penahanan stok sapi siap potong ini bisa dibuktikan, Polri harus bertindak mempidanakan pihak yang terlibat.

“Hal ini dinilai sudah menyalahi UU Perdagangan No. 7 Tahun 2014 dan UU Pangan No. 18 Tahun 2012. Langkah hukum ini harus tegas diambil oleh kepolisian dan menjadi perhatian serius bagi pemerintah untuk menimbulkan efek jera bagi pelakunya,” ujar Nofi. Hal tersebut, menurut Nofi, juga disampaikan Presiden Joko Widodo di situs Sekretariat Kabinet Republik Indonesia (Setkab).

Nofi menilai, kebijakan Kemendag mengimpor 50 ton sapi siap potong untuk menekan harga bisa dijadikan solusi jangka pendek. Namun kebijakan impor ini tidak boleh menjadi program jangka panjang karena tidak akan menyelesaikan masalah di hulu. Jika Kemendag hanya memikirkan impor untuk solusi masalah ini, maka Kemendag tidak siap dengan program swasembada sapi di Indonesia.

“Artinya Kemendag tidak bisa sejalan dengan janji-janji kampanye Presiden Jokowi. Jika kondisi ini terus terjadi sampai tiga bulan ke depan, mungkin Kemendag perlu diganti karena dinilai gagal,” tutur Nofi.

Keterlibatan KPK

Ia juga menduga, kondisi ini merupakan intrik pengusaha impor agar pemerintah menaikkan kebijakan impor sapi. Menurutnya, usaha “main mata” antara Kemendag dengan pengusaha impor sapi perlu dicegah agar tidak menguntungkan salah satu pihak.

“Kalau benar ada mafia impor sapi, maka tidak cukup institusi Polri saja yang bertindak. KPK juga harus bertindak proaktif untuk menyelidiki dan mengawasi supaya tidak ada permainan antara pengusaha impor sapi dengan oknum di Kemendag,” katanya.

Pemerintah harus serius

Menurut Nofi, kelangkaan daging sapi bisa saja terjadi karena pemerintah tidak mempunyai program pembibitan sapi serta tidak adanya kejelasan program bantuan sapi kepada masyarakat.

Keseriusan pemerintah dalam menangani masalah kelangkaan sapi siap potong harus dioptimalkan dan diiringi dengan pemberian bantuan langsung kepada peternak sapi. Pemerintah pun, menurut Nofi, perlu memberikan subsidi pakan ternak organik.

“Kalau langkah-langkah ini tidak dilakukan oleh pemerintah, maka target swasembada sapi hanya menjadi isapan jempol dan janji kampanye yang jauh panggang dari api,” ujar ia. (adv)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com