Pentingnya Kegiatan Pencarian Minyak dan Gas Bumi

Kompas.com - 03/09/2015, 09:03 WIB


Pencarian atau ekplorasi yang dilakukan generasi sebelumnya membuahkan minyak dan gas bumi yang bisa dinikmati generasi saat ini. Oleh karena itu, semua pihak patut mendukung eksplorasi supaya minyak dan gas bumi tetap tersedia bagi anak cucu di masa datang.

Selain itu, jerih payah ekplorasi yang dilakukan belasan tahun juga membuahkan hasil untuk penerimaan negara. Kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi  menyumbang sekitar 25 persen penerimaan negara. “Minyak dan gas itu tidak serta merta keluar dari dalam bumi. Apa yang kita nikmati sekarang sejatinya hasil pencarian panjang di masa lalu. Nah, itu yang seringkali tidak dipahami,” ujar Kepala Bagian Hubungan Masyarakat SKK Migas Elan Biantoro.

Kegiatan eksplorasi adalah tahap awal dari seluruh rangkaian kegiatan hulu migas. Secara umum, aktivitas eksplorasi meliputi studi geologi, studi geofisika, survei seismik, dan pengeboran eksplorasi.

Kegiatan eksplorasi ini memerlukan biaya yang sangat besar untuk memperoleh informasi geologi, seismik, pengeboran sumur, dan pengolahan data. Di sisi lain, kegiatan ini mengandung risiko dan ketidakpastian yang sangat tinggi.

Hasil kegiatan eksplorasi bervariasi. Investor dapat gagal menemukan cadangan minyak dan gas, atau menemukan cadangan namun tidak ekonomis untuk dikembangkan. Jika berhasil menemukan cadangan yang cukup ekonomis untuk dikembangkan, kegiatan akan dilanjutkan ke fase produksi.

Sistem Kontrak Bagi Hasil atau Production Sharing Contract (PSC) yang diadopsi oleh industri hulu minyak dan gas Indonesia memang melindungi negara dari paparan risiko eksplorasi yang tinggi tersebut. Dalam sistem PSC, hanya kegiatan eksplorasi yang berhasil menemukan cadangan yang ekonomis untuk dikembangkan sajalah yang biaya investasi eksplorasinya akan dikembalikan melalui mekanisme cost recovery.

Meskipun negara terbebas dari risiko eksplorasi yang tinggi, sukses eksplorasi sebenarnya sangat penting untuk menjamin kelangsungan industri hulu minyak dan gas. Eksplorasi yang gagal pun sesungguhnya bukanlah merupakan kerugian murni, karena kegiatan ini menghasilkan data sebagai panduan kegiatan eksplorasi berikutnya. Sedangkan kegiatan eksplorasi yang berhasil tentu saja menjadi syarat ketersediaan produksi migas di masa mendatang.

Sayangnya, rangkaian kegiatan eksplorasi tidak selalu mendapat dukungan semua pemangku kepentingan. Data dari SKK Migas menunjukkan kegiatan  eksplorasi menemui berbagai kendala di lapangan, dan yang paling utama  justru berkaitan dengan kendala-kendala eksternal, yaitu masalah sosial, perizinan, dan lain-lain.

 Elan berharap semua pemangku kepentingan dapat memberikan dukungan bagi kegiatan eksplorasi di masa depan. “Sektor hulu minyak dan gas ini seperti dapur yang memberi energi ke seluruh rumah bernama Indonesia. Tanpa eksplorasi, dapurnya gak akan bisa ngebul,” ujar Elan. (Adv)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com