Memperkuat Koneksi Kota Kreatif Indonesia di ICCC

Kompas.com - 22/10/2015, 20:19 WIB


Kota Solo ditunjuk sebagai tempat diselenggarakannya Konferensi Kota Kreatif Indonesia yang pertama, Indonesia Creative Cities Conference (ICCC) pada 22-25 Oktober 2015. Kegiatan ini diadakan untuk memicu penyelenggaraan Kota Kreatif yang telah dilaksanakan di berbagai kota di Indonesia.

“Di beberapa kota, penerapan Kota Kreatif terbukti menjadi salah satu daya pikat terhadap pariwisata serta penggerak perputaran ekonomi. Gagasan dan inisiatif untuk mengembangkan Kota Kreatif menekankan pada proses penciptaan, inovasi dan bakat individu. Hal inilah yang memicu kreativitas warga untuk mewujudkan kota yang menarik untuk dikunjungi wisatawan,” ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya saat Jumpa Pers ICCC di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona Kementerian Pariwisata, Jakarta, Senin (5/10/2015).

Pembukaan Indonesia Creative Cities Conference (ICCC) oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya di Solo, Kamis (22/10/2015) (Dok. ICCC)

Konsep Kota Kreatif mulai diperbincangkan dalam ajang The 3rd Asia Europe Art Camp 2005 dan Konferensi Artepolis 2006 yang diselenggarakan di Bandung. Selanjutnya terbentuk sejumlah gerakan untuk menggalang Kota Kreatif,  seperti Bandung Creative City Forum (BCCF) pada tahun 2007, Bali Creative Power, serta Solo Creative City Network (SCCN) pada tahun 2008.

Pemilihan Solo sebagai tuan rumah ICCC berawal dari UNESCO Creative City Network (UCCN) yang sejak tahun 2004 membuka kesempatan untuk Kota Kreatif di dunia mengirim aplikasi masuk ke Jaringan Kota Kreatif Dunia. Dari Indonesia, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) meminta lima kota, yakni Solo, Denpasar, Pekalongan, Yogyakarta, dan Bandung untuk mengirimkan aplikasi.

Pembukaan Indonesia Creative Cities Conference (ICCC) oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya di Solo, Kamis (22/10/2015) (Dok. ICCC)

Program UCCN menjadi kesempatan bagi berbagai kota di dunia untuk berjejaring secara internasional. Sebelum dapat berjejaring di tingkat internasional, jejaring di tingkat nasional perlu ditingkatkan terlebih dahulu. Berangkat dari sana, mulai tahun 2004 Solo berinisiatif membangun komunikasi dengan kota-kota kreatif di Indonesia.

Pada perkembangannya, baru Pekalongan yang secara administratif memenuhi persyaratan untuk masuk jejaring UCCN. Namun, kota-kota kreatif lainnya di Indonesia terus membangun hubungan untuk menjadi fondasi dalam membangun jejaring Kota Kreatif di Indonesia.

Kota Solo dan Bandung bergerak paling dulu memperkuat jejaring Kota Kreatif dengan pembangunan komunikasi poros Solo-Bandung. Jejaring ini diharapkan mampu menggerakkan kota-kota lain untuk terlibat juga dalam jejaring Kota Kreatif di Indonesia.

Pemerintah Kota Solo dan Bandung pun mendukung gerakan tersebut dengan menandatangani MoU dan deklarasi Prinsip Kota Kreatif di Bandung, 27 April 2015 lalu. Pada momen tersebut Kota Solo disepakati pula sebagai sekretariat sementara, sekaligus ditunjuk sebagai tempat menyelenggarakan Konferensi Kota Kreatif Indonesia yang pertama, ICCC.

Konferensi ICCC  tersebut akan diikuti 55 Kota Kreatif di Indonesia dengan mendapat dukungan Kementerian Pariwisata melalui branding Wonderful Indonesia. Dengan demikian ICCC diharapkan mampu meningkatkan sinergi kerja sama antarkota di Indonesia dalam pengembangan Ekonomi Kreatif. Dari ICCC, dinantikan pula terbentuknya sebuah lembaga yang menjadi wadah jejaring kota-kota kreatif di Indonesia, yakni Indonesia Creative Cities Network (ICCCN).

Salah satu poin utama dari Prinsip Kota Kreatif Indonesia adalah pentingnya membangun kota welas asih yang mengedepankan prinsip Hak Asasi Manusia (HAM), juga mengutamakan kepentingan seluruh anggota masyarakat, termasuk kelompok rentan dan warga. (Adv)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com