Advertorial

Selamat Jalan Desa Tandus, Selamat Datang Desa Wisata

Kompas.com - 24/10/2015, 08:18 WIB

Program Desa Binaan dan Sentra Pemberdayaan Tani Pertamina terbukti telah memberikan sumbangsih positif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satunya di Desa Nglanggeran. Desa yang dulunya gersang dan tandus kini menjadi salah satu destinasi wisata alam dan wisata agro yang menjanjikan.

Desa Nglanggeran terletak di sebelah selatan Kota Yogyakarta. Desa ini berjarak 4 kilometer dari ibu kota kecamatan Patuk, 20 kilometer dari  ibu kota kabupaten Gunung Kidul, dan berjarak 25 kilometer dari ibu kota provinsi Yogyakarta. Desa Nglanggeran terdiri dari 5 dusun/pedukuhan yaitu Dusun Karangsari, Dusun Doga, Dusun Nglanggeran Kulon, Dusun Nglanggeran Wetan, dan Dusun Gunungbutak.

Salah seorang pengurus Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) asal desa Nglanggeranm, Sudiono mengatakan, secara umum kondisi masyarakat di Desa Nglanggeran bisa dibilang memprihatinkan. Sebagian besar warga masih hidup di bawah garis kemiskinan.

-
Namun, kondisi tersebut tidak lantas mematahkan semangat masyarakat Desa Nglanggeran. Mereka sadar, desa mereka masih punya potensi besar lainnya, yaitu pariwisata. Kemudian, sejumlah anak-anak muda yang tergabung dalam Karang Taruna Desa Nglanggeran berinisiatif untuk mengembangkan desanya menjadi salah satu destinasi wisata alam atau ekowisata. Pengembangan sebagai desa wisata itu sendiri ucap Sudiono telah dimulai sejak 1989 dan terus berlangsung hingga saat ini.

Pada September 2012, kehidupan masyarakat di Desa Nglanggeran berangsur-angsur mulai berubah.  Pemerintah dibantu oleh berbagai pihak, termasuk di dalamnya PT Pertamina, mengembangkan sebuah konsep Sentra pemberdayaan tani (SPT) untuk mendorong bertumbuhnya kawasan wisata agro di sana. Program tersebut diawali dengan pembangunan waduk kecil atau yang disebut dengan embung di atas bukit Nglanggeran dan penanaman bibit durian dan kelengkeng di sekitar lokasi pembangunan embung.  Pembangunan embung tersebut diperuntukkan sebagai tempat penampungan air yang nantinya akan menampung air hujan di atas bukit.

SPT Nglanggeran merupakan konsep pertama sentra pemberdayaan tani melalui pembuatan kebun buah durian dan kelengkeng dengan jumlah tanaman 3.100 pohon yang terdiri atas 2.800 pohon durian monthong dan chanee, dan 300 pohon kelengkeng. Kebun buah tersebut kemudian dikelola oleh kelompok petani bernama Kencono Mukti yang terdiri atas 80 orang petani. Para anggota kelompok tani terdiri atas warga Desa Nglanggeran. Kebun buah berdiri di atas tanah seluas 20 hektare. 11,5 hektare di antaranya merupakan Sultan Ground (tanah sultan yang diperuntukkan bagi pertanian warga) dan 8,5 hektare merupakan tanah warga. 

-
Pertamina memberikan bantuan pengembangan kebun durian dan kelengkeng antara lain berupa pemupukan, pemeliharaan, termasuk juga pendampingan yang bekerja sama dengan Yayasan Obor Tani. Tahun ini telah memasuki tahun terakhir dari program kerja sama yang dilaksanakan selama 3 tahun. Saat ini, tanaman durian dan kelengkeng telah berumur 2 sampai 3 tahun dengan ketinggian sekitar 3 meter dan sudah berbuah. Pada tahun ketiga ini, diperkirakan sudah akan ada beberapa pohon yang siap untuk diambil buahnya.

Saat ini, tak kurang dari 5.000 wisatawan berkunjung setiap minggunya ke Desa Nglanggeran. Rata-rata pengunjung yang datang ingin menikmati keindahan alam dari gunung api purba dan embung yang ada di sana. Apalagi, dengan adanya kawasan agro perkebunan durian dan kelengkeng hasil kerja sama dengan CSR Pertamina.

Sudiono yakin, keberadaan perkebunan durian dan kelengkeng tersebut akan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Ia mencontohkan, pada usia produktifnya, pohon durian tersebut bisa menghasilkan Rp 2 juta setiap panennya. Kondisi ini merupakan tujuan yang hendak dicapai dari Sentra Pemberdayaan Tani Pertamina. (Adv)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com