Terampil Olah Jagung, Berkah Bagi Warga Ketaon, Boyolali

Kompas.com - 04/11/2015, 10:01 WIB


Jagung rasanya jadi pahlawan bagi Martini, warga Desa Ketaon, Boyolali, Jawa Tengah. Dari Jagung, Martini mendapat penghasilan bersih Rp1,4 juta per bulan. Dengan keterampilan dan kreativitas, jagung sebagai komoditas utama di desanya mampu ia olah menjadi berbagai bentuk penganan sedap, seperti brownies, egg roll, kue gulung, sampai cendol keju.

“Saya sangat bersyukur, dengan membuat kue dari jagung saya bisa dapat penghasilan tambahan,” ujar Martini.

Dalam kesehariannya, kerap kali Martini banjir pesanan. Kalau sudah begini, Martini menggunakan jasa tetangga untuk membantunya.

Sebelumnya, Martini merupakan ibu rumah tangga biasa yang menggantungkan penghasilan dari berjualan kerupuk. Dari mata pencahariannya itu, Martini mengeruk keuntungan paling banyak Rp1 juta dalam sebulan.

Tidak banyak yang bisa diharapkan dari perekonomian Desa Ketaon. Mata pencaharian utama penduduk desa tersebut adalah petani jagung, karena memang jagunglah sumber utama desa tersebut. Namun potensi ini belum sepenuhnya dikelola dan dikembangkan dengan baik.

-

Setelah dipanen, jagung hanya dijual mentah tanpa diolah sama sekali. Kondisi ini membuat komoditas jagung tidak memiliki nilai tambah dan tidak mendatangkan penghasilan yang cukup bagi penduduk desa.

Namun sejak tahun 2010, penduduk Desa Ketaon mendapat pelatihan dan pendampingan pengolahan jagung. Penduduk desa, salah satunya Martini, dilatih mengolah jagung menjadi tepung jagung, kue, dan camilan. Kini Martini sering dipercaya untuk menularkan ilmunya kepada ibu-ibu lainnya serta menjadi salah satu yang sukses mengembangkan usaha membuat kue dan camilan berbahan dasar jagung.

“Dari tepung jagung, saya telah mengembangkannya menjadi berbagai macam produk makanan. Sekarang saya memiliki produk baru, yaitu cendol keju,” tutur ibu dari tiga anak tersebut.

-

Kemampuan dan keterampilan baru penduduk Desa Ketaon berasal dari pelatihan yang diselenggarakan Pertamina, bekerja sama dengan Universitas Negara Semarang (UNES). Keduanya melakukan pemetaan sosial dan menjadikan Desa Ketaon sebagai salah satu sasaran program desa binaan.

“Lokasi Desa Ketaon tidak jauh dari Terminal BBM Pertamina Boyolali. Maka dari itu desa tersebut menjadi salah satu satu penerima manfaat CSR Pertamina,” ujar CSR Manager Pertamina Agus Mashud.

Saat ini, penduduk Desa Ketaon bukan hanya mahir mengolah penganan yang variatif. Kini, mereka mampu mengolah kulit jagung yang biasa disebut klobot menjadi sesuatu yang punya nilai tambah. Klobot dulunya hanya menjadi limbah ketika jagung dipanen dan dibakar. Sekarang, klobot menjadi komoditas bernilai ekonomis, karena penduduk desa mengolahnya menjadi produk kerajinan tangan.

Klobot jagung tidak lagi hanya menjadi limbah yang asap pembakarannya menjadi polusi udara. Pertamina bekerja sama dengan UNES telah memberikan pelatihan kepada para remaja putri Desa Ketaon sehingga limbah klobot jagung menjadi kerajinan tangan yang mendatangkan rezeki,” ucap Agus.

Bukan itu saja, pembinaan Pertamina juga diberikan di aspek pendidikan, kesehatan, dan lingkungan antara lain pengembangan perpustakaan sekolah, pelatihan kader posyandu, serta pelatihan pengolahan sampah menjadi kompos.

Program Desa Binaan Pertamina merupakan program yang bertujuan mewujudkan masyarakat berdikari. Program ini dilaksanakan selama tiga tahun, meliputi pelatihan, pembinaan, dan pendampingan. (Adv)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com