Menuju Swasembada

Pangan 2017

Kementerian Pertanian Republik Indonesia bertekad untuk mewujudkan pertanian industrial unggul berkelanjutan berbasis sumber daya lokal demi meningkatkan kemandirian pangan, ekspor dan kesejahteraan petani.

- Petani memanen jagung hibrida P27 Gajah di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Rabu (18/3/2015). Jagung hibrida menjadi salah satu produk pangan unggulan di Lombok. KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO
Kamis, 5 November 2015

Berhitung Demi Jagung



KOMPAS.com - Selain padi dan kedelai, jagung adalah salah satu unggulan program swasembada Kementerian Pertanian (Kementan). Meski saat ini, kecukupan jagung di Indonesia masih mendapat pasokan dari impor.

Catatan terkini dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementan, kemarin, menunjukkan bahwa pada 2014, produksi jagung nasional menyentuh angka 19,008 juta ton. Sementara, Angka Ramalan (Aram) untuk 2015 mematok target produksi hingga 20,667 juta ton. Data ini tercantum di dalam buku Kinerja Satu Tahun Kementerian Pertanian Oktober 2014 -Oktober 2015.

Pada buku itu, tercatat pula data peningkatan produksi jagung. Sepanjang jangka waktu tersebut di atas tercatat produktivitas jagung adalah 51,70 kuintal per hektar (ku/ha). Angka ini naik 2,16 ku/ha atau setara dengan 4,36 persen. Tak hanya itu, luas panen jagung juga meningkat 160.000 hektar atau setara dengan 4,18 persen andai dibandingkan pada 2014.

Di buku itu pula, tercatat bahwa neraca jagung menunjukkan surplus 817.000 ton setelah dikurangi untuk memenuhi kebutuhan industri pakan ternak 8,25 juta ton, pakan ternak lokal 6,34 juta ton, industri pangan 3,92 juta ton, rumah tangga 0,39 juta ton, benih dan lainnya.

Sementara itu, catatan BPS dan Kementan juga menunjukkan impor jagung masih mengiringi produksi jagung nasional. Andai dihitung sejak 2010 hingga 2014, rerata volume impor jagung mencapai angka 3 ton.

Pada 2014, pencapaian produksi jagung 19,03 juta ton. Sementara, target produksi jagung pada 2015 adalah 19,8 juta ton dengan target impor 2,38 juta ton.

Ke depan, untuk mencapai swasembada jagung, semua pihak baik Kementan maupun industri harus betul-betul berhitung. Yang juga bisa menjadi perhatian adalah pertimbangan pelaku usaha pakan ternak. Soalnya, jagung produksi lokal masih memunyai tantangan untuk kualifikasi kadar air hingga 14 persen. Andai kualifikasi ini terpenuhi, niscaya, swasembada jagung cepat menjadi kenyataan.