Menko Rizal Ramli: Kita Bisa Membangun Tanpa Utang!

Rabu, 11 November 2015
KOMPAS/AGUS SUSANTO Pesawat Garuda Indonesia siap lepas landas di Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Banten, Rabu (17/4/2013).


KOMPAS.com
- Menko Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli menyatakan bahwa Indonesia bisa membangun tanpa harus menggunakan dana utang luar negeri (ULN). Kebijakan terobosan yang cepat dan tepat mampu membuat perekonomian Indonesia tumbuh, dan dinikmati langsung oleh rakyat.

Dia menuturkan, pasca krisis moneter industri penerbangan Indonesia jatuh hingga 60 persen. Pemerintah meminta tiga maskapai penerbangan di Indonesia saat itu untuk menurunkan tarif.
Hal itu dilakukan agar industri penerbangan kembali bergairah. Sayangnya, menurut Rizal, para pemain lama itu tidak mau mengikutinya dengan berbagai dalih.

“Saat itu saya Menko Perekonomian. Akhirnya saya keluarkan kebijakan, membuka izin maskapai penerbangan baru. Maka, lahirlah enam sampai tujuh maskapai baru sehingga terjadilah persaingan,” ujar Menko Rizal.

“Harga tiket turun drastis dan jumlah penumpang naik hingga lima kali dibandingkan sebelum krisis. Ini menjadi bukti, bahwa untuk membangun tidak harus menggunakan dana, apalagi kalau sumbernya utang luar negeri,” tambahnya.

Pada konteks itu, Rizal mengatakan, Indonesia butuh pejabat publik yang mampu memahami masalah dan berani mengambil tindakan out of the box. “Satu lagi, pejabat harus tidak punya konflik kepentingan,” ujar ia.

Dia juga menekankan pentingnya membangun tanpa harus mengandalkan utang. Pasalnya, tingginya utang luar negeri akan menekan neraca pembayaran. Pada akhirnya, nilai tukar rupiah pun semakin melemah terhadap sejumlah mata uang utama dunia, khususnya dolar Amerika.

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), posisi ULN pada akhir triwulan II-2015 tercatat sebesar US$D304,3 miliar. Jumlah itu terdiri atas ULN sektor publik sebesar US$134,6 miliar (44,2 persen) dan ULN sektor swasta sebesar US$169,7 miliar (55,8 persen).

Dengan perkembangan tersebut, Debt Service Ratio (DSR) atau rasio utang terhadap pendapatan ekspor adalah 56,3 persen pada triwulan II-2015. Angka ini sedikit lebih baik dibandingkan 56,9 persen pada triwulan I-2015. (Adv)