Aplikasi Gratis Bikin Pengguna Untung, Bagaimana Nasib Developer?

Kompas.com - 11/11/2015, 10:50 WIB


Salah satu ciri khas orang Indonesia, khususnya masyarakat perkotaan, ialah selalu nempel dengan smartphone. Benar saja, menurut hasil survei Google Indonesia, dalam sehari orang Indonesia rata-rata menghabiskan 5,5 jam menatap layar ponsel pintar.

Apa saja, sih yang dilakukan orang Indonesia saat asyik dengan ponselnya? Berdasarkan survei yang dilakukan Google di lima kota di Indonesia Februari 2015 lalu, mengecek media sosial serta berbelanja online melalui perangkat mobile adalah hal yang paling kerap dilakukan. Selain itu, menurut MoboMarket, salah satu toko aplikasi alternatif khusus Android, pengguna smartphone pun sering mengunduh aplikasi pada waktu-waktu luang dan akhir pekan.

Apalagi, kini ribuan aplikasi gratis tersedia. Dari aplikasi penunjang pekerjaan sampai hiburan permainan bisa didapatkan pengguna smartphone secara cuma-cuma. Tak heran, pengguna smartphone seakan tak ragu menghabiskan memori untuk pasang aplikasi yang menarik dan bermanfaat di ponselnya. Selagi gratis, katanya.

Aplikasi gratis, bagi konsumen tentu menguntungkan. Namun, bagaimana nasib si pengembang alias developer? Orang awam mungkin bertanya-tanya, dari mana pengembang memperoleh pendapatan bila aplikasi yang diciptakannya malah disebar secara gratis? Mungkinkah mereka merugi?

Sebenarnya, para pengembang aplikasi bisa memanfaatkan iklan sebagai sarana pembiayaan atau monetisasi. Untuk itu, para pengembang perlu mempersiapkan ruang beriklan pada aplikasinya, supaya mendapat uang sebagai biaya pemeliharaan, upah karyawan, dan sebagainya.

Pengembang tak perlu susah-susah mencari sarana untuk memajang iklan pada aplikasi. Saat ini, sudah cukup banyak advertising platform yang dapat dimanfaatkan pengembang, salah satunya DU Ad Platform (DAP), sebuah platform iklan untuk para pengembang aplikasi lokal asal Indonesia. Platform yang dikembangkan oleh Baidu ini jadi solusi bagi para pengembang aplikasi mobile untuk meraup pendapatan dari aplikasi yang mereka ciptakan.

Yang dapat dilakukan pengembang ialah mengintegrasikan DAP pada aplikasinya, sehingga pengembang dapat bertindak sebagai publisher iklan. Sementara itu, Baidu berperan menyalurkan iklan-iklan untuk ditampilkan pada aplikasi.

DAP merupakan advertising platform yang memiliki fitur lengkap. DAP menawarkan jangkauan lebih luas serta efisiensi dan efektivitas yang tinggi bagi para pengembang aplikasi lokal dalam melakukan monetisasi. Tak hanya itu, DAP juga mudah digunakan pengembang lokal karena berukuran kecil sehingga gampang diintegrasikan ke dalam aplikasi.

DAP menjadi salah satu produk digital dari Baidu yang diciptakan untuk mendukung industri digital di Indonesia. Peluncuran produk ini merupakan salah satu bagian dari Program “Grow Local, Go Global!” yang digagas oleh Baidu Indonesia dan didukung penuh oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf).

Melalui Program “Grow Local, Go Global!”, Baidu Indonesia berkomitmen untuk mendukung startup dan para pengembang aplikasi lokal, serta membuka akses bagi produk digital Indonesia untuk memasuki pasar global, khususnya Tiongkok. Pada tahun pertama pelaksanaan program ini, Baidu berharap dapat menemukan sedikitnya 15 startup lokal berkualitas untuk mendapatkan dukungan penuh dari Baidu, serta membuka akses bagi 75 aplikasi lokal menuju pasar Tiongkok. (Adv)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com