Dukungan untuk Energi yang Berkesinambungan bagi Indonesia

Kompas.com - 25/11/2015, 12:07 WIB


Masa kejayaan energi telah berlalu. Indonesia saat ini dihadapkan pada tantangan berkurangnya produksi migas. Eksplorasi baru dan investasi migas juga masih minim. Di sisi lain, kebutuhan energi nasional masih akan terus meningkat.

Problematika energi nasional ini mendorong PT Pertamina (Persero) menggelar Pertamina Energy Forum 2015, 24–25 November 2015, di Hotel Borobudur, Jakarta. Acara bertema “Energi Berkelanjutan untuk Pertumbuhan Indonesia” ini merupakan wadah bagi Pertamina untuk menyampaikan pencapaian dan aspirasi korporasi ke berbagai lapisan masyarakat. Pertamina Energy Forum 2015 sekaligus menjadi ajang diskusi para pelaku dan pemerhati energi nasional.

Saat ini, tidak ada satu pun negara yang tidak memerlukan energi,” ungkap Menteri BUMN Rini Mariani Soemarno, membuka Pertamina Energy Forum 2015, Selasa (24/11).

-

Rini menjelaskan, pertumbuhan ekonomi memengaruhi konsumsi energi yang semakin meningkat. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya untuk mengembangkan potensi sumber energi di Indonesia. Aspek yang perlu menjadi perhatian antara lain ketersediaan energi, kemampuan dalam mengakses sumber energi, daya beli, dan kelestarian lingkungan. BUMN seperti Pertamina pun hendaknya dapat bertransformasi secara cepat dan mampu menjadi penggerak perekonomian nasional.

"Semoga seluruh kegiatan ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi semua pihak. Semoga kegiatan ini juga dapat menjadi pijakan untuk mewujudkan kemandirian energi nasional sejalan dengan program Nawacita," ungkap Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto dalam sambutannya.

Hari pertama

Pertamina Energy Forum 2015 dibagi menjadi sejumlah sesi diskusi selama dua hari. Pada hari pertama, Selasa (24/11), tema sesi pertama adalah “Regulasi yang Mendorong Investasi Migas sebagai Lokomotif Perekonomian Nasional”.

Sesi pertama diisi oleh Ketua Komisi VII DPR RI Kardaya Warnika, Dirut Pertamina Dwi Soetjipto, Wakil Kepala SKK Migas MI Zikrullah, dan Direktur Pembinaan Usaha Hulu Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Djoko Siswanto. Dwi menuturkan perlunya sinergi operasional dalam pengelolaan energi dan perhitungan biaya infrastruktur energi. Sementara itu, Zikrullah mengungkapkan potensi dan peluang eksplorasi sumber energi, seperti shale gas dan coal seam gas.


-

Sesi kedua mengangkat tema “Tantangan dalam Memenuhi Kebutuhan Energi Nasional”. Hadir sebagai pembicara adalah Direktur Pengolahan PT Pertamina (Persero) Rahmad Hardadi, profesional migas Widhyawan Prawiraatmadja, dan pengamat migas sekaligus Direktur Indonesian Resources Studies Marwan Batubara.

Topik mengenai potensi energi baru dan terbarukan menjadi pembahasan dalam sesi ketiga. Temanya, “Peningkatan Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan sebagai Sumber Energi”. Pembicara dalam sesi diskusi panel ketiga ini adalah Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Rida Mulyana, Direktur Gas, Energi Baru, dan Terbarukan (GEBT) PT Pertamina (Persero) Yenni Andayani, Energy Infrastructure Expert New Zealand Martin O'Neill, serta Director General International Energy Agency (IEA) Marco Baroni.

Dalam Pertamina Energy Forum 2015 sebagai rangkaian HUT ke-58 Pertamina ini juga dilaksanakan penandatanganan kesepakatan bersama, yaitu Join Study Agreement Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSA) di Palembang. Pertamina Energy Forum 2015 diikuti sekitar 350 tamu undangan. Peserta berasal dari perusahaan-perusahaan mitra Pertamina, pelaku industri migas dan EBT yang beroperasi di Indonesia, kalangan akademisi, pakar sektor minyaknasional dan internasional, serta perwakilan jajaran legislatif dan eksekutif. (adv)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com