Josephus Primus - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman di sela-sela acara Konferensi Kelapa Sawit Indonesia (IPOC) 2015 di Bali pada 25 November 2015 - 27 November 2015. Catatan Kementerian Pertanian menunjukkan pada Oktober 2015, tanpa penyerapan optimal puncak panen raya Januari - Mei, stok Bulog mencapai sebesar 1,7 juta ton beras tanpa impor beras.
Sabtu, 28 November 2015Dua Alasan Kelapa Sawit Tak Masuk "ICU"
KOMPAS.com - Menurut Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, ada dua alasan industri kelapa sawit tak masuk unit gawat darurat alias ICU. Menteri Amran yang menjadi salah satu pembicara kunci pada Konferensi Kelapa Sawit Indonesia (IPOC) 2015 di Bali pada 25 November 2015 - 27 November 2015 mengibaratkan ICU itu seperti rumah sakit. "Kelapa sawit tidak masuk ICU," tuturnya saat berbicara di depan forum tersebut, Jumat (27/11/2015).
Kelapa sawit, kata Menteri Amran, adalah komoditas strategis. Catatannya menunjukkan bahwa setiap tahunnya, devisa dari kelapa sawit dan turunannya mencapai Rp 250 triliun. "Secara organisasi, industri kelapa sawit sudah kuat," tuturnya.
Di samping itu, seturut data dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) yang dalam kesempatan itu menjadi penyelenggara konferensi menunjukkan bahwa sampai dengan 2014 usai, produksi minyak kelapa sawit asal Indonesia mencapai angka 31,5 juta ton. Dari jumlah itu, sebanyak 21,7 juta ton yang diekspor.
Alasan kedua tadi yakni ihwal organisasi kelapa sawit yang sudah kuat, menurut Menteri Amran, tidak dijumpai di sektor pertanian padi. Makanya, menurut hematnya, pertanian padi memerlukan perhatian khusus pemerintah. "Ada sekitar 80 juta orang yang hidupnya tergantung pada padi," kata Menteri Amran.
Lantaran berbagai masalah yang menjadi tantangan pemerintah itulah, Menteri Amran mengibaratkan bahwa padi masuk ICU sebagai bentuk perhatian penuh pemerintah. Selain padi, yang juga menjadi pasien ICU adalah kedelai dan bawang merah.