Advertorial

Pilihan Hunian dan Macetnya Jakarta

Kompas.com - 25/02/2016, 16:43 WIB

Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi sebagai daerah penyangga Jakarta, secara keseluruhan populasinya mendekati 30 juta jiwa. Bahkan, sangat mungkin jika kawasan Jabodetabek akan menjadi salah satu megapolitan terbesar di dunia.

Pesatnya pertumbuhan Jabodetabek saat ini bukan tanpa masalah, pusat perekonomian dan pemerintahan yang monocentric menjadikan kemacetan masih menjadi masalah. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan instansi terkait pun bukan tidak punya aksi untuk mengatasi hal ini.

Terhitung pada tahun 2014 seperti dilansir Kompas.com, telah disepakati akan ada pembangunan enam ruas tol dalam kota dan tiga koridor layang Transjakarta serta sarana transportasi massal. Pembangunan jalan baru tersebut memang dimaksudkan untuk mengakomodir rasio jalan di Jakarta yang hanya 7% dan pertumbuhan kendaraan bermotor yang mencapai angka 12% tiap tahun.

Tetapi selama hal tersebut masih dalam tahap pembangunan, banyak orang yang merasakan macetnya Jakarta makin parah. Apalagi bagi orang yang bekerja di Jakarta dan tinggal di daerah penyangga. Paling tidak mereka harus merasakan waktu berjam-jam ikut tertelan macetnya Jakarta saat berangkat atau pulang kerja.

Hunian di tengah kota

Beberapa orang yang sudah merasa lelah dan penat menghadapi macetnya Jakarta, akhirnya memutuskan untuk berdomisili sementara saat hari kerja di tengah kota. Makanya, tak heran jika hunian seperti apartemen di tengah kota makin laris.

Sehingga, muncul tren baru saat ini dimana apartemen difungsikan sebagai rumah kedua di tengah kota. Apalagi, konsep apartemen yang mudah dijangkau dari tempat kerja bukan hanya sebatas tempat tinggal, tetapi juga menawarkan fasilitas yang lengkap seperti pusat perbelanjaan dan hiburan.

-
Menurut Edi, Sales and Marketing Manager Bassura City, saat ini orang sangat butuh hunian di tengah kota dengan konsep mixed use. Walaupun jalan diperlebar, ditambahkan jalan layang, volume kendaraan akan terus bertambah setiap bulannya. Sehingga masih sangat sulit untuk terhindar dari kemacetan.

Edi menyatakan jika saat ini banyak orang yang menahan keinginan untuk membeli properti di tengah kota. Padahal, harga hunian di tengah kota sangat tinggi apalagi hunian yang dekat dengan pusat belanja, hiburan dan perkantoran.

Jangankan untuk dibeli, harga sewa hunian di tengah kota pun cukup tinggi. Sebagai contoh kos-kosan seperti di daerah Rasuna Said, Jakarta yang kisaran harganya bisa mencapai 4-5 juta per bulan.

Lebih lanjut, Edi mengatakan bahwa harusnya orang takut tidak memiliki hunian di tengah kota, karena suatu saat nanti hunian tengah kota sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.  Apalagi, saat ini sangat sulit menemukan hunian semisalnya apartemen yang terjangkau dan lengkap fasilitasnya di tengah kota seperti Bassura City.

Apartemen yang masih menawarkan kisaran harga 500-600 juta tersebut terletak di Jalan Basuki Rahmat, Jakarta Timur. Jalan utama yang menghubungkan daerah Kuningan, Sudriman hingga ke Tanah Abang.

Secara konsep, apartemen ini merupakan kawasan superblock seluas empat hektar dan memadukan hunian dengan area komersial.   "Penjualan unit di Bassura City dalam tiga tahun telah mencapai 6600 unit, hal ini menunjukan saat ini orang membeli apartemen karena kebutuhan menghadapi kondisi Jakarta. Saat ini unit di Bassura City masih tersedia dengan jumlah terbatas, dan untuk transaksi pembelian unit sampai periode Juni 2016 berpeluang mendapatkan hadiah utama Mitsubishi Outlander. Informasi lebih lengkap perihal Bassura City bisa dilihat di www.bassuracity.id, atau silakan hubungi no telepon 021 859 10000. Anda juga bisa langsung mengunjungi Marketing Gallery Bassura City Jl. Basuki Rahmat no. 1A Jakarta Timur 13410. "  tutupnya. (Adv)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com