Kontes Modifikasi Honda Aman dan Nyaman

Kompas.com - 01/06/2016, 10:24 WIB

KompasOtomotif – Kontes modifikasi sepeda motor Honda yang terwujud dalam Honda Modif Contest (HMC) 2016 tak cuma bicara estetika serta penampilan. Ajang adu kreasi dan mimpi ini benar-benar serius memperhatikan tentang regulasi, keselamatan, serta legalitas di jalanan dengan melakukan sosialisasi berupa seminar bekerjasama dengan pihak Kepolisian.

HMC 2016 yang tahun ini diagendakan mengunjungi 15 kota di Indonesia, sudah mampir di delapan kota. Diawali di Bandung, 5-6 Maret 2016 dan terakhir diselenggarakan di Pekanbaru, Riau, 28-29 Mei 2016, total peserta sudah mencapai 1.148 peserta. Kota Pekanbaru ini merupakan kota dengan antusiasme tertinggi baik dari sisi peserta maupun pengunjung.  Tercatat 231 modifikator dan lebih dari 3 ribu orang pengunjung di kota bertuah ini.

Amirul Nefo, salah satu juri HMC, mengatakan bahwa hal teknis paling dasar yang ditekankan oleh ajang ini adalah fungsi motor yang harus aman dan nyaman dikendarai. Tidak hanya bentuknya saja yang unik dan estetis, namun motor karya modifikator ini bisa diterima secara umum, dalam hal ini kepolisian.

”Dari segi ciri khas modifikasi, juri selalu berpesan kepada para peserta agar menggali potensi mereka untuk menghasilkan sesuatu yang orisinal, tidak hanya menjiplak karya modifikasi dari luar negeri. Kemampuan para modifikator nasional tidak kalah dengan luar negeri, masing-masing modifikator dari daerah harus mencari potensi itu dan saling membantu dalam hal berkarya,” kata Nefo.

Gayung bersambut, dan ajang ini pun didukung penuh kepolisian. Dalam penyelenggaraan terakhir, Kanit Dikyasa Satlantas Polres Pekanbaru, Riau, AKP Sunarti, mengatakan bahwa kepolisian memandang modifikasi adalah sebuah karya seni, namun berharap dalam membangun karya modifikasi ini para modifikator selalu memperhatikan faktor keamanan dan kenyamanan dalam berkendara.

img2

”Penindakan yang dilakukan petugas kepolisian bukan bermaksud mempersulit para modifikator dalam berkarya, namun justru mengingatkan bahwa kendaraan modifikasi belum memenuhi standar keselamatan. Kami dari kepolisian membantu para modifikator menemukan solusi untuk menjawab pertanyaan para modifikator. Misalnya mengenai legalitas surat-surat kendaraan roda dua modifikasi. Sosialisasi yang dilakukan di HMC 2016 ini sangat bermanfaat karena ada ruang untuk berdiskusi antara pihak Kepolisian dengan Pihak Modifikator,” ujar Sunarti.

Cukup berkesan memang, apalagi Pekanbaru yang menjadi salah satu kota penyelenggaraan HMC menyambut ajang ini dengan sangat antusias. Karya-karya mereka mengedepankan desain khas daerah, namun yang patut diapresiasi,  tetap memperhatikan regulasi.

Misalnya, peserta Khenedy dengan nomor 005 yang mengedepankan konsep ”The Legend of Hang Tuah”. Sepeda motor modifikasiannya menceritakan tentang seorang pahlawan kebanggaan tanah Melayu pada masa pemerintahan Kesultanan Malaka.

Belum lagi peserta nomor 164 yang mengusung motor Scoopy tahun 2005, Kenda Tuntama sang empunya mengangkat tema  ”Pesona Riau” yang menggambarkan daya tarik pariwisata Bumi Lancang Kuning yang beraneka ragam meliputi wisata budaya dan alam.

Lalu ada motor Nenek Moyang Pelaut oleh peserta nomor 175 karya dari Riahan Fadhillah Putra. Sang modifikator memunculkan berbagai semangat tentang pelayaran, seperti kata-kata dari Laksamana Hang Tuah atau lirik lagu Laksmana Raja Di Laut oleh Iyeth Bustami, biduan lagu Melayu asal Bengkalis, Riau.

Menarik dilihat juga, peserta nomor 105, Saibun Panjaitan mengusung Honda Blade yang berhasil menjadi juara 1 di  kelas Free For All dibawah tahun 2006, dengan ”Mini Boardtracker” dari Afto Motor, Pekanbaru. Motor ini megusung sentuhan lokal Riau yang bisa dibilang setara dengan hasil garapan builder-builder tenama di Pulau Jawa.

img3

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com