Advertorial

Kadar Kolesterol Normal, Mengapa Bisa Kena Serangan Jantung?

Kompas.com - 23/08/2016, 08:30 WIB

Serangan jantung merupakan suatu kondisi dimana jantung kekurangan pasokan oksigen, sehingga tidak dapat berfungsi setelah otot penggeraknya rusak. Penyebab utama adalah aterosklerosis, yaitu penyempitan dan pengerasan pembuluh darah yang menyebabkan darah pembawa oksigen terhambat sampai ke jaringan sel otot jantung.

Salah satu penyebab terjadinya aterosklerosis adalah kadar kolesterol darah yang tinggi, sehingga terjadi penumpukan pada dinding pembuluh darah yang berlangsung lama menjadi gumpalan keras atau plak yang menyumbat pembuluh darah.

Namun, ada juga kasus tak biasa, dimana pasien dinyatakan memiliki kadar kolesterol normal pada pemeriksaan sebelumnya, tetapi kemudian pasien tersebut tiba-tiba mengalami serangan jantung yang berakibat fatal. Setelah ditelusuri, pasien tersebut memang memiliki kadar kolesterol normal, akan tetapi ukuran kolesterol LDL atau kolesterol jahatnya sangat kecil dan padat. Kondisi demikian biasa disebut small denseLDL (sdLDL).

LDL sendiri terbagi menjadi beberapa bentuk, yang dibedakan dari ukuran diameter partikelnya. Dari sejumlah LDL yang ada, sdLDL termasuk kategori yang paling berbahaya, karena mudah masuk ke lapisan dalam pembuluh darah (intima).

sdLDL yang terperangkap mudah teroksidasi oleh senyawa radikal bebas menjadi LDL teroksidasi (oxidized LDL), membentuk sel busa yang mengembung di dinding pembuluh darah. Jika ditambah zat lain yang terbawa aliran darah dan menyangkut pada sel busa tersebut, maka akan terbentuk plak yang mengganjal dan menyebabkan saluran pembuluh darah tersumbat. sdLDL akan terbentuk bila kadar trigliserida (salah satu jenis lemak) dalam darah memiliki jumlah tinggi (hipertrigliseridemia).

Selain aterosklerosis, risiko penyakit jantung koroner bisa terjadi karena radang. Agar terhindar dari bahaya serangan jantung, lakukan pemeriksaan risiko penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke untuk memberikan Anda gambaran profil lemak dalam darah serta menilai berbagai faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena PJK dan stroke.

Selain pemeriksaan profil lemak, diperlukan pula pemeriksaan lain, seperti elektrokardiografi (EKG) untuk menyelidiki penyebab nyeri dada dan gangguan irama jantung dengan mencatat aktivitas listrik yang dihasilkan jantung saat berdenyut. Ada pula echocardiography, pemeriksaan jantung menggunakan teknik ultrasonografi (USG) untuk menggambarkan kesehatan dan struktur jantung, dan rontgen atau chest x-ray untuk mengetahui ukuran dan bentuk jantung.

Untuk informasi lebih lanjut tentang pemeriksaan risiko Penyakit Jantung Koroner atau stroke, silakan kunjungi www.prodia.co.id. (Adv)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com