Advertorial

Ini Buktinya Anak Muda Indonesia itu Hebat

Kompas.com - 02/09/2016, 08:00 WIB

Tiga anak muda membuktikan Indonesia layak dipandang sebagai negara yang melek teknologi. Tidak hanya menjadi pengguna, bangsa ini juga mampu menciptakan teknologi canggih yang berguna bagi Ibu Pertiwi.

Dua dari tiga anak muda itu adalah Matsani dan R. Oktario. Dua mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) ini,mampu membuktikan kritikan tajam sebagian pengamat bahwa pendidikan di Indonesia bermutu rendah adalah tidak benar.

Matsani dan Oktario menunjukkan bahwa mutu pendidikan di Indonesia tak kalah dengan negara-negara tetangga maupun pendidikan di belahan dunia lainnya. Bagi keduanya, selalu ada keberhasilan bagi yang yakin.

Lihat saja, dua anak muda itu berhasil membuat prototype atau purwarupa pesawat amfibi. Pesawat ini mereka rancang khusus sebagai teknologi pertahanan maritim multifungsi. Kelak, bila sudah diproduksi secara komersial, pesawat amfibi ini mampu menjaga teritorial laut kita dari berbagai kejahatan bahari, mulai dari perompakan, pencurian ikan, hingga deteksi awal terjadinya bencana alam, seperti tsunami.  

Rancangan purwarupa itu bermula dari kesadaran mereka bahwa kekayaan laut Indonesia harus benar-benar dinikmati masyarakat Indonesia, bukan dicuri dan dibawa lari ke luar negeri.  

Sebagai gambaran, purwarupa pesawat amfibi rancangan Matsani dan Oktario berdimensi panjang 1,6 meter dengan berat 12 kg. Pesawat ini mampu terbang dengan kecepatan 60 km per jam.

Sebagai pesawat amfibi, pesawat mungil ini mampu take off dan landing dari pesisir pantai yang landai berbantalan pasir ataupun terbang mengudara dan  mendarat di sungai. Dengan rancangan teknologi seperti itu, pesawat ini jelas tepat guna bagi negeri kepulauan seperti Indonesia. 

Pesawat ini juga unik. Dari bentuk sayapnya saja, terlihat berbeda dengan pesawat-pesawat amfibi yang pernah dibuat manusia. Matsani dan Oktario mendesain sayap pesawat amfibinya ini mirip seperti huruf ‘M’. “Saya terinspirasi sayap elang jawa (Nisaetus bartelsi) ketika menukik menyambar mangsanya,” ungkap Matsani.

Tak heran, dengan inovasi ide dan teknologi ini, karya ini mampu menjadi pemenang penghargaan Tanoto Student Research Award baru-baru ini.

Tidak hanya memenangkan award, beberapa peneliti senior yang melihat karya dua anak muda ini sepakat bahwa temuan Matsani dan Oktario ini perlu dikembangkan. Dengan pesawat ini, Dirgantara Indonesia akan mampu diawasi dengan lebih baik. Dan tentu saja, di tengah anggaran pemerintah yang sedang mengalami kekurangan, pengembangan pesawat ini jelas akan memangkas bujet.

“Saya berharap karya kami ini dapat membantu menjaga wilayah Indonesia dan dapat dikembangkan secara komersial ke depannya,” harap Matsani. 

M Taufik Hidayat (depan, ke empat dari kiri) di antara pemenang Tanoto Student Research Awards lainnya.

Super hemat listrik

Satu lagi anak muda yang membanggakan adalah Muhammad Taufik Hidayat. Anak muda berusia 22 tahun ini juga berhasil menciptakan sistem yang memungkinkan penghematan pemakaian listrik secara maksimal untuk kawasan bangunan perumahan maupun perkantoran. 

Di tengah ancaman krisis listrik yang dihadapi negeri ini karena terbatasnya kapasitas pembangkit listrik, penemuan mahasiswa jurusan Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung ini ibarat oase di padang gurun.

Matsani peneliti muda ITB mendesain pesawat amfibi untuk menjaga perairan Indonesia.

Taufik mengaku terinspirasi pendiri Tanoto Foundation, pengusaha nasional Sukanto Tanoto, untuk pantang menyerah demi menghasilkan karya terbaik. Semangat itu akhirnya terbukti saat ia berhasil menjadi salah satu juara dalam Tanoto Student Research Awards 2015.  

“Saya sangat berterima kasih terhadap Tanoto Foundation dan Pak Sukanto Tanoto. Karya ini lahir karena saya sangat terinspirasi oleh nasehat Pak Sukanto terutama kata-kata beliau Don’t give up without a fight,” ujar dia.

Tanoto Foundation memberi dukungan kepada Taufik untuk mewujudkan risetnya mengenai sistem penghematan penggunaan listrik. Penelitian itu dia sebut ‘Integrasi Sistem Kontrol dan Monitoring Energi Listrik dengan Dukungan Sistem Pendukung Keputusan untuk Keperluan Konservasi Energi pada Bangunan Komersial’.

Dukungan Tanoto Foundation terhadap para mahasiswa brilian itu didasari fakta, bahwa alokasi dana riset dari pemerintah saat ini masih minim. Kalah jauh dibanding dengan negara tetangga, seperti Malaysia atau Singapura. Kedua negara itu masing-masing mengalokasi anggaran risetnya sebesar 1,3 persen dan 2 persen dari PDB mereka.  

Padahal, sudah banyak contoh sebuah negeri yang maju karena kemampuan riset teknologi. Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) jelas akan menentukan kemajuan suatu bangsa dan kemampuan mereka bersaing secara global. Tanpa inovasi di bidang teknologi, Indonesia akan terus menerus menjadi konsumen teknologi produk bangsa lain.

Tanoto Foundation tak ingin Indonesia sebagai bangsa besar kalah jauh dari sisi IPTEK. Maka, sejak 2007, Tanoto Foundation sudah mendukung 303 penelitian mahasiswa yang berasal dari lima Perguruan Tinggi Mitra, yaitu Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Hasanuddin, Universitas Sumatera Utara, dan Universitas Indonesia.

Semoga makin banyak lahir teknologi-teknologi tepat guna dari anak-anak muda Indonesia. (Adv)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com