Advertorial

Menciptakan Pekebun Sawit Tangguh di Pusat Pelatihan Asian Agri

Kompas.com - 06/09/2016, 08:20 WIB

Langit terang dan sinar matahari menyengat menggambarkan suasana di Kabupaten Pelalawan, provinsi Riau hari ini. Kabupaten yang dikenal dengan Negeri Seiya Sekata ini hanya berjarak kurang lebih 150 kilometer dari ibu kota provinsi Riau.

Namun ada yang tidak biasa di tengah terik siang Riau hari ini. Di Mekar Jaya, sebuah desa di Kabupaten Pelalawan, Riau, terlihat sekelompok anak muda berseragam putih coklat sangat antusias berjalan bersama-sama ke areal perkebunan kelapa sawit.  Sambil berjalan, anak-anak muda ini bertanya secara aktif kepada sang mentor dan berusaha menjawab berbagai pertanyaan yang ditujukan kepada mereka.

Terdiri dari 100 orang anak muda berbakat, mereka adalah angkatan baru yang hendak mengikuti pelatihan di APRIL Asian Agri Learning Institute (AAALI), sebuah pusat pelatihan terbaik yang dimiliki negeri ini untuk sektor perkebunan, khususnya industri kelapa sawit. Anak-anak muda berpotensi tersebut terpilih dari berbagai universitas di Indonesia karena kemampuan dan kecerdasan yang dimilikinya.

Belum banyak lembaga pelatihan kelapa sawit (non-universitas), yang mengakomodir kemampuan anak-anak muda berbakat di bidang perkebunan, kelapa sawit khususnya, di negeri ini. Meski rata-rata usia tanam kelapa sawit sudah mencapai 30 tahun, namun tingkat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh petani dan pekebun sawit Indonesia tidaklah sedewasa usia pohon yang ada, bila dibandingkan dengan usia produktif manusia. 

Menyadari hal tersebut, AAALI berusaha untuk memfasilitasi putra-putri bangsa untuk mendapatkan bimbingan dan ilmu lebih terkait dengan industri kelapa sawit, sehingga mereka lebih mengenal tumbuhan primadona Indonesia ini.

Tentunya, mereka yang pernah menimba pengetahuan di pusat pelatihan ini menyadari betul bahwa lembaga pelatihan di AAALI merupakan tempat terbaik untuk berkembang sekaligus belajar bagi para pekebun muda yang ingin berkarier di industri yang menopang perekonomian negara berpenduduk 250 juta orang ini.

Setiap tahun, AAALI selalu mengadakan penerimaan peserta baru yang terbagi dalam tiga angkatan. Masing-masing angkatan terdiri dari sekitar 100 orang.

Para kadet, demikian sebutan bagi para peserta pelatihan AAALI, akan diberikan berbagai pelatihan selama 6 bulan. Tidak hanya diberikan pelatihan, para peserta juga akan diberi gaji setiap bulannya, yang disesuaikan dengan upah minimum rata-rata di masing-masing provinsi. Gaji tersebut nantinya akan berkembang hingga tiga kali lipat apabila para peserta diterima menjadi pegawai tetap di Asian Agri.

Foto Bersama Graduate Trainee Batch III 2016

Sebagai pegawai di Asian Agri, mereka akan mengemban tugas dan tanggung jawab mengelola tanaman-tanaman, serta menangani aspek-aspek operasional yang ada di perusahaan. Para peserta yang akan bergabung nantinya juga akan turut berperan dalam proses pengelolaan kelapa sawit dari hulu ke hilir. Mereka juga akan dikenalkan dan bertanggung jawab atas proses pengolahan menggunakan mesin, hingga urusan akomodasi.

Begitu banyak perusahaan yang sejauh ini berusaha menggaet para lulusan AAALI dengan menawarkan gaji yang begitu tinggi agar dapat pindah ke perusahaannya. “Saya sangat bangga terpilih untuk mengikuti pelatihan ini, dan saya berharap bisa bergabung menjadi karyawan di Asian Agri ketika saya lulus pelatihan ini nanti,” ucap Muhammad Yusuf, lulusan program agriculture engineering yang berasal dari Universitas Sumatera Utara, Medan.

“Senior saya yang merupakan lulusan dari AAALI memberi tahu saya bahwa ketika lulus nanti, taraf hidup saya akan meningkat. Akan ada begitu banyak perusahaan yang mencoba untuk menarik kita dengan menawarkan gaji yang sangat tinggi,” lanjut ia.

Sufryiadi, supervisor AAALI membenarkan ucapan tersebut. Dirinya menjelaskan bahwa citra yang dimiliki oleh lembaga pelatihan AAALI ini memang dikenal sangat baik di mata perusahaan-perusahaan kelapa sawit yang ada. Hal ini juga diturunkan kepada para lulusan AAALI yang begitu banyak diincar oleh perusahaan.

Dirinya mengaku sempat ditawari oleh banyak perusahaan untuk pindah dan bergabung dengan mereka. Tidak hanya itu, Sufriyadi juga ditawarkan gaji yang jauh lebih besar dari yang didapatnya pada saat itu. “Perusahaan perkebunan lain melihat kita, para lulusan, sebagai sumber daya yang memiliki kemampuan mumpuni, dengan sikap dan juga pola pikir yang sangat baik,” ucap ia.

Lembaga pelatihan AAALI didirikan tahun 2002. Hingga saat ini AAALI telah berhasil menghasilkan lebih dari 2.200 lulusan terbaik yang tersebar di berbagai industri di Indonesia. Pencapaian ini merupakan bentuk dari kepedulian Asian Agri untuk mengembangkan kemampuan potensi-potensi para SDM yang dimilikinya.

Pencapaian serta keberhasilan ini tentunya tidak lepas dari peran para pelatih terbaik yang dengan sabar mengajar serta membimbing para peserta setiap harinya. Tidak hanya didukung para pelatih terbaik di bidangnya, AAALI juga dilengkapi dengan para ilmuwan serta para ahli dari berbagai universitas ternama di negeri ini, yang dengan semangat melatih anak-anak terbaik menjadi tenaga ahli yang berkualitas.

“Di sini, kita melatih mereka untuk menjadi pekebun yang terbaik dengan teknologi modern dan pengetahuan menyeluruh mengenai industri perkebunan, secara khusus kelapa sawit. Di samping memberi ilmu dan mengasah kemampuan, kami juga turut menanamkan mengenai pentingnya berlaku disiplin dan memiliki pola pikir yang baik mengenai nilai dan praktik prinsip-prinsip berkelanjutan agar dapat tertanam di hati dan pikiran mereka,” ucap Sufriyadi.

Sebagai industri yang seringkali dikambinghitamkan sebagai perusahaan yang tidak melakukan praktik bisnis berkelanjutan, kurikulum yang dimiliki AAALI membuktikan Asian Agri selalu menjunjung tinggi komitmen untuk menjalankan bisnis secara bertanggung jawab dan memperhatikan aspek berkelanjutan. Langkah nyata yang dapat dilihat adalah bagaimana Asian Agri begitu bersungguh-sungguh mempersiapkan lini pertama, yakni para calon karyawannya sebagai investasi utama perusahaan dengan sikap dan pola pikir bisnis berkelanjutan yang sesuai dengan prinsip perusahaan. 

Kembali ke Pelalawan, Yusuf berharap bahwa dirinya dapat memberi kontribusi positif untuk perusahaan dan mampu mengaplikasikan berbagai ilmu yang telah dipelajarinya selama mengikuti pelatihan.

Yusuf yang berasal dari keluarga sederhana  di Mandailing Natal di Sumatera Utara  menjelaskan keadaan keluarganya, di mana ayahnya saat ini sudah terlalu tua untuk bekerja, dan keluarganya kini bergantung pada pendapatan ibunya yang hanya menjual makanan di dekat pasar di kampung halamannya. “Saya ingin membuat orang tua saya bangga kepada saya,” tuturnya.

Yusuf juga mengungkapkan keinginannya untuk dapat menggantikan peran sang ibu suatu hari nanti untuk menjadi tulang punggung keluarga. “Sekarang, saya sudah bisa membantu keluarga lewat gaji yang saya dapatkan saat ini,” ucap Yusuf.

Sejalan dengan kisah Yusuf, Sufryiadi mengungkapkan bahwa citra baik yang dimiliki oleh AAALI sebagai lembaga pelatihan perkebunan terbaik di Indonesia, mampu menjadi magnet bagi para mahasiswa yang baru lulus, khususnya para lulusan baru dari universitas ternama di provinsi Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan juga Sulawesi seperti Yusuf, untuk bergabung. “Kita memiliki lulusan terbaik saat ini dari seluruh Indonesia, yang siap untuk belajar dan berkontribusi, serta mengembalikannya untuk kemajuan dan pembangunan negeri,” ucap Sufryiadi. (Adv)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com