Advertorial

Menguji Efektivitas Kebijakan Suku Bunga Baru

Kompas.com - 19/09/2016, 18:51 WIB

Bank Indonesia (BI) telah resmi menerapkan BI 7 Day Repo Rate sebagai suku bunga acuan mulai 19 Agustus 2016. Kebijakan moneter baru ini diharapkan dapat mengefektifkan transmisi kebijakan moneter BI, karena BI Repo Rate merupakan suku bunga transaksional, berbeda dengan BI Rate yang hanya berfungsi sebagai suku bunga acuan.

BI Rate semula dirancang sebagai suku bunga acuan antarbank overnight (O/N). Namun dalam praktiknya, pergerakan suku bunga overnight meninggalkan BI Rate. Ini terlihat dari semakin lebar rentang keduanya, terutama setelah The Fed mengeluarkan kebijakan Quantitative Easing tahap II pada akhir 2010. Selama ini BI Rate justru mengacu pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI) tenor 12 bulan.

Ekonom DBS Group Research Gundy Cahyadi menilai, kebijakan baru BI belum akan langsung berdampak dalam jangka pendek. Dia justru mencermati kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tentang batas atas suku bunga deposito kelompok bank BUKU III dan IV, yakni 75 bps-100 bps di atas BI Rate.

Dengan tingkat BI Rate Juli sebesar 6,5 persen, maka suku bunga deposito maksimum sebesar 7,25 persen-7,5 persen. “Jika OJK menggunakan acuan SBI 12 bulan, sebenarnya tidak ada perubahan suku bunga deposito,”ujar Cahyadi.

Hal ini bisa menyulitkan upaya menurunkan suku bunga kredit. Padahal kebijakan baru inidiharapkan bisa mendorong turunnya suku bunga pinjaman. Selama ini penurunan suku bunga pinjaman sangat lambat meski BI Rate telah dipangkas 100 bps sepanjang 2016.

Dalam jangka panjang, kebijakan baru ini dapat mendukung pendalaman pasar keuangan dan memperkuat struktur pasar uang antarbank khususnya segmen tenor 3 bulan-12 bulan. “Pasar keuangan yang semakin dalam membuat biaya dana perbankan menjadi lebih murah, sehingga mendorong perbankan menurunkan suku bunga kredit,” kata Cahyadi.

“Pemerintah bisa memanfaatkan kebijakan suku bunga baru yang lebih rendah dari BI Rate untuk mendorong bank menurunkan suku bunga kreditnya,” lanjut Cahyadi.

Ke depan, jika suku bunga kredit turun secara signifikan dan pertumbuhan kredit bisa dipacu hingga 15 persen, artinya ekonomi 2017 diproyeksikan tumbuh lebih tinggi. (adv)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com