Advertorial

Atlet-Atlet Paralimpik Siap Lampaui Keterbatasan di Peparnas 2016

Kompas.com - 17/10/2016, 10:35 WIB

Pagi itu sapa hangat dan ramah terdengar di area Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) 2016. Sapaan itu datang dari seorang pria berpostur tegap. Otot-otot di sekujur tubuhnya terlihat begitu kekar. Jelas, pria ini melatih dirinya dengan keras.

Ia menyapa setiap orang yang lewat dengan rasa percaya diri, riang, dan penuh semangat. Ia adalah Johannes Billy, atlet paralimpik pertama dari Indonesia yang berhasil meraih emas di ajang Asean Para Games pada tahun 2015 silam.

Atlet lempar lembing kategori F44 ini berhasil meraih emas usai mencatatkan lemparan sejauh 53,74 pada ajang olah raga bagi atlet difabel yang diselenggarakan di Singapura tersebut. Berkat prestasi yang ditorehkannya rekor baru APG di kategori lempar lembing terpecahkan. Indonesia pun sukses melaju sebagai runner up dalam ajang tersebut.

Tahun ini Johannes Billy akan kembali bertanding memperebutkan prestasi di cabang olah raga lempar lembing. Namun, kali ini di tingkat nasional. Ia akan mewakili Jawa Barat di Peparnas 2016 yang diselenggarakan di Stadion Siliwangi, Bandung.

“Saya optimis bisa meraih medali emas di Peparnas 2016. Saya sudah melakukan persiapan matang dalam jangka waktu yang cukup lama. Saya juga merasa sudah cukup pengalaman di ajang-ajang olah raga dan cukup mengenal lawan-lawan. Semoga saya bisa sekali lagi menjadi juara,” ujar Johannes percaya diri.

Johannes memang sudah lama malang-melintang di ajang paralimpik. Ia setidaknya selalu membawa satu prestasi dari ajang-ajang olah raga nasional. Pada PON XIV Riau misalnya. Hanya satu kali ia tidak beruntung yaitu saat pelaksanaan International Paralympics Comitte di Doha tahun 2015. Ketidak beruntungan tersebut membuat poin internasionalnya untuk ikut Paralympic di Rio, Brasil tahun ini kurang.

Meski demikian, ternyata ada hikmah di balik kegagalannya ikut serta di Paralympic Rio 2016. Persiapan panjang dan matang yang ia siapkan untuk bertanding di Negeri Samba tersebut berguna untuknya di ajang Peparnas 2016. “Makanya saya katakan optimis,” ujarnya diikuti senyum.

Kesiapan menorehkan prestasi di Peparnas 2016 juga diungkapkan oleh rekan sesama pelempar lembingnya yaitu Kendrik. Atlet asal Kalimantan Selatan ini mengaku siap bertanding di cabang olah raga lempar lembing kategori F42.

“Saya berharap tahun ini meraih emas, supaya membanggakan Kalimantan Selatan. Waktu Peparnas 2012 lalu saya baru dapat perak,” kata Kendrik.

Sebagai persiapan Peparnas 2016 Kendrik terus berlatih dan menempa fisiknya. Ia juga kerap melakukan uji tanding untuk mengukur kemampuannya dengan lawan. Selain Johannes dan Kendrik masih ada 2.300 atlet Peparnas XV Jawa Barat 2016 yang memiliki optimisme, semangat tanding, dan harapan yang sama untuk berprestasi. Tidak ada satupun dari mereka yang merasa keterbatasan fisik sebagai penghalang.

Melihat semangat tersebut Ahmad Heryawan, Gubernur Jawa Barat yang juga adalah Ketua PB PON dan Peparnas 2016 Jawa Barat menaruh harapan besar pada para atlet. Pria yang akrab disapa Aher tersebut menuntut prestasi optimal.

“Tidak ada istilah berbagi dalam prestasi. Kalau ada 300 medali, maka harus dapat semuanya. Kalau bisa semuanya direbut, maka harus semuanya. Semua atlet Peparnas Jawa Barat harus jadi juara umum,” ujarnya di Gedung Sate ujar melepas kontingen Peparnas 2016.

Aher juga menyebut bahwa Peparnas dan ajang-ajang olah raga serupa lainnya harus menjadi momentum hilangnya diskriminasi bagi saudara-saudara penyandang difabel. Hal serupa juga terlontar dari Menpora Imam Nahrawi.

“Diskriminasi ini tidak hanya soal bonus atlet dan di ajang olah raga saja tetapi juga di kehidupan bermasyarakat. Di dunia kerja dan aktivitas lain misalnya. Kami berharap ada kesamaan hak. Sementara kami di Kemenpora juga terus mengusahakan kesamaan hak atlet difabel dengan atlet-atlet lainnya.

Tahun ini upaya memperjuangkan keadilan hak untu atlet difabel terlihat dengan perlakuan setara kepada Ni Nengah Widiasih, peraih medali Paralimpiade Rio 2016 dengan para atlet peraih medali di Olimpiade Rio 2016.

Ia memperoleh bonus dengan nominal yang sama, tunjangan hari tua yang sama, dan perlakuan yang setara. Sesuai dengan cita-cita diselenggarakannya Paralimpiade pertama oleh Sir Ludwig Gutmann di Roma pada tahun 1944. Siap-siap untuk menyaksikan keseruan para atlet Peparnas Jawa Barat 2016 memperebutkan medali. (adv)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com