Advertorial

Peparnas XV 2016 Jadi Ajang Unjuk Prestasi Bagi Atlet Muda

Kompas.com - 21/10/2016, 19:35 WIB

Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XV 2016 ternyata tidak hanya jadi ajak unjuk prestasi bagi atlet-atlet difabel nasional yang sudah lama malang-melintang di banyak ajang olah raga. Pekan olah raga yang dibuka Minggu (16/10/2016) lalu ini juga dimanfaatkan atlet-atlet muda untuk meraih prestasi dan mencetak rekor.

Peparnas XV 2016 diwarnai dengan kemunculan atlet-atlet muda berprestasi di berbagai cabang olah raga. Cabang-cabang olah raga yang paling mendapat sorotan adalah renang dan tenis meja yang selalu menjadi unggulan Indonesia di kancah internasional.

Ketua National Paralympic Committee of Indonesia (NPCI) Senny Marbun mengakui banyaknya atlet-atlet berprestasi tersebut. “Penyelenggaraan Peparnas tahun ini sudah bagus. Banyak sosok-sosok atlet baru yang bermunculan,” ujarnya. Senny berharap Peparnas XV 2016 dapat menjadi ajang untuk menjaring atlet-atlet berbakat secara nasional untuk ikut serta di ajang internasional.

“Akan ada dua event paralimpiade internasional yaitu ASEAN Paragames 2017 dan Asian Paragames 2018 yang akan diikuti oleh Indonesia. Harapannya banyak atlet-atlet berprestasi yang bakatnya bisa diasah untuk berprestasi di dua acara internasional tersebut,” kata Senny.

Senny melanjutkan, menurutnya saat ini kaum difabel harus lebih bersemangat untuk melampaui keterbatasan fisiknya dan tidak bersembunyi karena rasa malu. Hal ini karena sekarang masyarakat sudah mulai sadar bahwa kaum difabel juga mampu berprestasi layaknya orang yang terlahir normal.

Para orang tua yang memiliki anak dengan keterbatasan fisik seharusnya juga sadar dan memacu semangat anak-anaknya. “Seperti ibu saya, awalnya sedih melihat mengapa saya seperti ini. Namun, setelah saya menunjukkan prestasi ibu saya malah berdoa kepada Tuhan. Bersyukur, kapan saya punya anak seperti ini lagi,” katanya mengisahkan cerita hidupnya sendiri.

Peparnas dan ajang-ajang olah raga difabel lainnya dipandang Senny sebagai sebuah kendaraan untuk kaum difabel mengangkat martabatnya kembali dan menunjukkan kemampuan. “Jangan hitung apa yang tidak ada di diri kita, tetapi hitung apa yang tersisa di diri kita,” katanya. (Adv)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com