Advertorial

Omzet Cahyono Mencapai Rp 4 Miliar Per Tahun dari Kotoran Sapi

Kompas.com - 27/10/2016, 11:00 WIB

Kotoran sapi bisa dijadikan bahan bakar alternatif dengan mengolahnya menjadi biogas. Namun siapa sangka, omzet dari usaha yang digeluti Bambang Boedi Cahyonountuk mengolah kotoran sapi ini mencapai Rp 4 miliar per tahunnya.

Cahyono adalah bos dari CV Energi Persada, unit usaha yang bergerak di bidang instalasi biogas, dengan daerah operasi di Bandung Utara. Terhitung sudah tujuh tahun Cahyono bergelut dengan kotoran sapi ini yang dimulai bersama Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU).

Bermula dari keprihatinan terhadap lingkungan sekitar

Awalnya, pria kelahiran Lumajang, Jawa Timur ini mengaku prihatin dengan melihat banyak kotoran sapi yang dibuang begitu saja di daerah Lembang, sehingga menimbulkan pencemaran air sungai. Salah satunya adalah sungai Cikapundung yang mengalir ke Bandung.

Lembang memang merupakan salah satu sentra pertanian sayur dan peternakan sapi perah di Indonesia. Lebih dari 20 ribu ekor sapi yang dipelihara oleh lebih dari 5 ribu peternak yang tergabung dalam KPSBU.

Dari rasa prihatinnya itulah yang mendorong Cahyono untuk berinisiatif mencari solusi atas masalah pencemaran yang ditimbulkan dari kotoran sapi. Ia menggali informasi mengenai teknologi biogas yang memberikannya ide untuk memanfaatkan kotoran sapi menjadi bahan bakar alternatif.

Ide ini kemudian dikembangkan dengan membuat desain reaktor biogas skala rumah tangga sebagai sumber energi alternatif rumah tangga peternak sapi perah. Cahyono pada waktu itu hanya berharap bawa dengan teknologi ini masyarakat Lembang bisa memanfaatkan kotoran sapi sehingga kotoran sapi tidak lagi mencemari lingkungan.

Namun siapa sangka, ide yang bermula dari kepedulian ini terus berkembang menjadi sebuah badan usaha yang menjadi penyedia instalasi reaktor biogas bagi peternak sapi. Selain itu bahkan juga terbentuk bengkel produksi peralatan biogas seperti kompor, kran biogas, waterdrain, alat ukur tekanan biogas, sambungan perpipaan dan lain sebagainya.

Selama 7 tahun berjalan kerja sama dengan KPSBU, usaha ini telah berhasil menghadirkan 908 unit reaktor biogas konstruksi bata semen cor bagi peternak KPSBU. Permintaan terus bertambah, kredit biogas juga terus berjalan. Hal ini membuktikan bahwa peternak percaya dan menggunakan teknologi ini.

Manfaat yang dihasilkan memang luar biasa. Selain mengelola 2,7 ton kotoran sapi dari masalah pencemaran lingkungan, sudah ada sekitar 2500 KK yang sudah tidak lagi mengonsumsi elpiji, minyak tanah, kayu atau bahan bakar lain untuk memasak.

Komitmen dan keuletan

Selain dari manfaatnya, sukses yang dicapai Cahyono tidak lepas dari komitmen dan keuletannya. Instalasi reaktor biogas yang digunakan oleh Cahyono didesain hingga umur lebih dari 25 tahun, dengan mengacu pada desain dari Nepal yang sudah digunakan sejak tahun 80-an.

Dalam menjaga mutu, Ia memberikan garansi dengan memperbaiki unit yang mengalami kegagalan konstruksi karena berbagai hal. Cahyono mengaku bahwa kasus yang terjadi sedikit sekali, kurang dari 20 unit, atau tidak mencapai 3 persen dari total yang sudah dibangun di Lembang. Dan itu pun sudah diperbaiki semua.

Tidak hanya di Lembang, permintaan dari koperasi dan organisasi lain juga terus berdatangan. Direktorat Jendral Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM selama beberapa tahun terakhir juga terus mengadakan reaktor biogas di berbagai penjuru nusantara. Kegiatan yang sama juga dilakukan berbagai instansi pemerintah daerah.

Ini menyebabkan konsep usaha Cahyono meluas menjadi tingkat nasional. Ribuan unit peralatan instalasi biogas seperti kompor biogas, kran biogas dan waterdrain juga sudah dikirimkan ke berbagai penjuru nusantara. Permintaan pengadaan reaktor biogas di Lembang dan di luar daerah terus berjalan. Begitu juga permintaan pelatihan dan pengembangan masyarakat dengan teknologi biogas di berbagai daerah.

Dalam kerja sama dengan organisasi lain atau instansi pemerintah secara nasional, Cahyono mengaku sudah membangun, melatih dan mendampingi lebih dari 1700 unit pembangunan reaktor biogas model bata semen cor. Permintaan dari organisasi lain juga terus berdatangan, permintaan kerja sama ulang juga terus berlanjut.

Tidak hanya kotoran sapi

Saat ini, Cahyono mengaku sedang terlibat aktif dalam menghadirkan solusi pengelolaan sampah organik di kota Bandung dengan menggunakan teknologi biogas. Model kegiatan yang sama sedang ditawarkan untuk 10.000 reaktor pengolah sampah organik di Bandung. Prototipe digester pengolah sampah sudah berjalan beberapa unit dalam 2 tahun terakhir.

Seperti halnya dulu mengatasi masalah kotoran sapi di Lembang, Ia berharap biogas ini mampu menjadi salah satu solusi bagi kita semua dari permasalahan sampah di perkotaan.

Kisah sukses Bambang Boedi Cahyono ini membawanya menjadi salah satu nominasi dalam Danamon Social Entrepreneur Awards 2016. Ayo dukung dia sebagai PERAIH FAVORIT Danamon Social Entrepreneur AwardS 2016 di http://www.danamonawards.org/. (adv)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com