Advertorial

Enam Fakta yang Membuat Peparnas XV 2016 Terasa Istimewa

Kompas.com - 28/10/2016, 08:15 WIB

Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XV 2016, ajang olahraga yang diikuti penyandang disabilitas, telah usai. Sepanjang penyelenggaraan Peparnas XV, banyak pengalaman mengesankan dan kenangan yang dibawa pulang para kontingen.

Peparnas XV 2016 menjadi salah satu perhelatan olahraga yang spesial di mata para kontingen dan seluruh pihak yang terlibat. Bila dirangkum, ada enam fakta yang membuat pekan olahraga ini terasa istimewa dan sukses.

Klasifikasi cabang olahraga sangat beragam

Peparnas diikuti oleh penyandang disabilitas dengan jenis yang beragam, terdiri dari tunanetra, tunadaksa, tunagrahita, tunarungu, dan tunawicara. Namun, panitia Peparnas XV 2016 tetap mengedepankan prinsip kesetaraan. Oleh sebab itu, panitia mengklasifikasikan cabang olahraga sesuai jenisnya.

Cabang olahraga memiliki klasifikasi terbanyak. Umumnya, renang diklasifikasikan hingga empat jenis yang dibagi berdasarkan jarak tempuh. Sementara pada Peparnas XV 2016, terdapat 15 klasifikasi cabang olahraga renang. Setiap jenis di difabel pun diklasifikasikan lagi berdasarkan gangguan fisiknya.

Cabang olahraga terbanyak sepanjang sejarah Peparnas

Tahun ini, pekan kejuaraan paralimpian yang diadakan di Bandung untuk ketiga kalinya ini menambah dua cabang, yaitu judo dan goalball. Sebelumnya ada 11 cabang olahraga yang dipertandingkan. Tahun ini, menjadi 13 cabang olahraga.

Jumlah atlet paralimpian membludak

Jumlah atlet Peparnas XV 2016 meningkat pesat dibandung Peparnas XIV empat tahun lalu di Riau. Partisipan paralimpian membludak pada cabang olahraga panahan dan catur.

Cabang olahraga panahan pada Peparnas XV diikuti oleh 158 peserta, sementara Peparnas empat tahun lalu hanya diikuti 50 peserta. Peserta paralimpian cabang olahraga catur mencapai 150 orang, padahal empat tahun lalu hanya ada 100 peserta.

Mengundang 2.000 guru dan 2.000 siswa sekolah luar biasa

Penutupan Peparnas XV 2016 diramaikan oleh 2.000 guru dengan latar belakang pendidikan orang berkebutuhan khusus, dan 2.000 siswa sekolah luar biasa. Mereka datang sebagai penonton sekaligus pengisi acara. Penutupan tersebut diselenggarakan di Stadion Siliwangi Bandung, Senin (24/10/2016).

Dengan demikian, ajang Peparnas dapat menjadi inspirasi bagi penyandang disabilitas lainnya, bahwa keterbatasan tidak menghalangi seseorang untuk melakukan apa yang ia cita-citakan.

Filosofi yang kuat

Peparnas XV 2016 mengusung slogan “Berjaya di Tanah Legenda”. Ungkapan tersebut memiliki nilai filosofis yang dalam. Slogan tersebut diambil dari kutipan babad Galunggung, naskah paling kuno di Jawa Barat yang ditulis pada tahun 1023. Pada naskah tersebut tertulis, “Hana nguni hana mangke, tan han nguni tan hana mangke.” Kutipan tersebut berarti tiada masa kini tanpa ada masa lalu, masa kini adalah peninggalan masa lalu.

Berbagai prestasi menarik

Peparnas XV mencatatkan 104 rekor baru yang terdiri dari 77 rekor Peparnas baru dan 27 rekor Peparnas yang melampui catatan rekor Asian Paragames (tingkat Asia). Kemampuan paralimpian Indonesia dalam melampaui keterbatasannya juga ditunjukkan dengan adanya paralimpian yang meraih 3 medali emas di Peparnas XV. Sebelumnya ia meraih medali emas cabang olahraga yang sama, yakni tenis meja PON XIX. Paralimpian itu adalah David Jacobs dari Jakarta. (adv)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com