Advertorial

Arahan Rini Soemarno pada Penutupan Forum BUMN 2016

Kompas.com - 04/11/2016, 17:59 WIB

Forum BUMN 2016 yang mempertemukan dewan direksi, dewan komisaris BUMN, serta sejumlah menteri negara ditutup dengan pidato dari Rini Soemarno selaku Menteri BUMN. Pidato tersebut berisikan arahan untuk perusahaan-perusahaan pelat merah ke depannya.

Ada beberapa hal yang dapat dirangkum, pertama, sesuai dengan arahan dari awal pemerintahan Presiden Joko Widodo, BUMN diibaratkan sebagai tangan ke-2 pemerintah untuk membangun negara. Selain APBN sebagai tangan satunya lagi.

“Oleh karena itu BUMN harus bisa tangguh, kuat, lincah, tetapi betul-betul professionaly run. Hingga pada akhirnya bisa memberikan kontribusi kepada APBN, bukan menghabiskannya. Ini hal utama yang perlu kita tekankan,” ujar Rini dari atas mimbar Ballroom Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Kamis (3/11/2016).

Apalagi, lanjutnya, tahun 2017 besok BUMN tidak lagi mendapatkan penanaman modal dari negara.

Memang sesuai rancangan, pada tahun 2015 dan 2016 negara melakukan penanaman modal untuk mendorong berbagai pembangunan infrastruktur. Mulai dari jalan tol, pelabuhan, bandara, kelistrikan, dan juga pada sektor pangan. Memasuki tahun ketiga, APBN akan dikonsentrasikan untuk menurunkan kemiskinan.

Namun, bukan berarti BUMN lepas dari tuntutannya untuk terus menjadi agen pembangunan. BUMN harus terus mendorong pertumbuhan ekonomi, terutama di luar Jawa.

“Bukan hanya di Jawa tapi juga di luar Jawa. Karena bapak presiden menekankan kita harus Indonesia sentris,” jelasnya.

Untuk itulah, lanjut Rini, dibutuhkannya holding company BUMN. Holding company ini nantinya akan memperkuat kemampuan BUMN dalam mendapatkan pendanaan untuk membiayai proyek-proyek ke depan. Pendanaan ini akan memperkuat permodalan tanpa harus memberatkan APBN.

Kedua, sesuai dengan motonya “Hadir Untuk Negeri”, selain berfungsi sebagai badan usaha yang memberikan keuntungan, BUMN di saat yang sama juga harus berfungsi sebagai agen pembangunan.

“Artinya BUMN harus ada di semua lini kehidupan masyarakat,” ujarnya.

Melalui kesempatan ini, Rini berterima kasih pada semua BUMN yang selama 2 tahun pemerintahannya membuat banyak program yang dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia.

“Terutama dari sisi perbankan, bank-bank kita bisa menyalurkan KUR dari tahun 2015 sampai tahun 2016 ini ditargetkan setahun ini 96 triliun,” jelasnya.

Rini juga berterima kasih kepada Direktur Utama dan Wakil Direktur Utama Pertamina atas program BBM satu harga. Program yang menetapkan harga BBM sama semua di seluruh pelosok Indonesia ini adalah satu lompatan yang baru dapat tercapai setelah 70 tahun merdeka. Apalagi semua dananya dari BUMN, tidak ada dana dari pemerintah.

“Biarpun sedikit rugi tapi tidak apa-apa. Kita bisa memberikan masyarakat Papua, Kalimantan, harga BBM sama semua di seluruh pelosok Indonesia. Jadi kalau rugi dikit untuk kepentingan rakyat tidak apa-apa,” ucapnya.

itulah fungsi BUMN menurut Rini Soemarno. BUMN harus untung karena ada saatnya harus rugi untuk kepentingan rakyat Indonesia.

“Itu yang harus kita lakukan. Tapi harus untung dulu ya, karena hanya bisa sedikit merugi kalau untuk kepentingan rakyat. Tapi untung dulu. Jadi pada akhirnya tetap untung sehingga kita betul-betul bisa membantu rakyat Indonesia,” tegasnya.

Ketiga, selain “Hadir Untuk Negeri”, BUMN adalah milik bangsa Indonesia bahkan sampai generasi selanjutnya. BUMN harus dapat terus hidup dan hadir 100 sampai 200 tahun ke depan agar manfaatnya tetap dapat dirasakan oleh generasi selanjutnya.

“Karenanya kita harus bersama-sama meresapi dan menyadari bahwa kita punya tanggung jawab untuk membuat BUMN ini menjadi kuat, kokoh, profitable, professional, dan dapat berkompetisi di kancah global,” tutup Rini.

Tentang Forum BUMN 2016

Forum BUMN 2016 adalah forum yang kali ke-2 diadakan oleh Harian Kompas bekerja sama dengan Kementerian BUMN. Forum ini mempertemukan dewan direksi dan komisaris BUMN, serta sejumlah menteri dalam diskusi yang membahas strategi pembangunan sosial ekonomi nasional melalui peran BUMN. Tajuk yang diangkat adalah “2 Tahun Mewujudkan Nawa Cita”.

Forum yang diselenggarakan di Ballroom Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Kamis (3/11/2016) ini dibuka oleh Menteri Perencanaan Nasional/Kepala Bappenas Bambang PS Brodjonegoro dengan pokok pembahasan dalam pidatonya mengenai Sustainable Development Goals (SDGs). SDGs ini sesuai dengan program pemerintah tentang pembangunan yang berkelanjutan, dan komitmen seluruh anggota PBB di tahun 2015 yang ditargetkan tercapai di tahun 2030.

Selanjutnya forum dibagi dalam tiga sesi, yang masing-masing sesi fokus membahas mengenai Ketahanan Pangan dan Logistik, Industri dan lnfrastruktur, serta Transformasi.

Pada sesi pertama yang membahas Ketahanan Pangan dan Logistik, menghadirkan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Direktur Utama Pelindo I Bambang Eka Cahyana, dan Direktur Utama PTPN X Subiono sebagai Pembicara. Pada diskusi sesi pertama ini para pembicara menyampaikan kondisi dan permasalahan pada bidangnya masing-masing.

Direktur Utama Pelindo I Bambang Eka Cahyana menganjurkan langkah-langkah untuk mengefisienkan sistem logistik nasional. Di antaranya dengan pengoperasian tol laut, membangun storage khusus pangan termasuk food processing di sekitar pelabuhan, dan perbaikan di sisi regulasi dan strategi logistik. Dan yang paling penting, menurut Bambang adalah efisiensi transportasi laut dengan membentuk subholding maritim.

Sesi ke-2 yang membahas Industri dan Infrastruktur menghadirkan Direktur Utama Perlindo 3 Orias Petrus Moedak, Direktur Perencanaan Korporat PLN Niken Widyawati, Direktur Utama Inalum Winardi Sunoto, dan Direktur Utama Wijaya Karya Bintang Perbowo.

Untuk sesi ke-3 menghadirkan Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto, Direktur Utama Bank BRI Asmawi Syam, dan Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo dengan pembahasan Trasformasi.

-

Berbicara transformasi, Dwi Soetjipto sebagai Direktur Utama Pertamina yang menjabat ketika harga minyak dunia sedang jatuh-jatuhnya, membawa Pertamina bertransformasi dengan 5 pilar: pengembangan sektor hulu, efisiensi di semua unit, peningkatan kapasitas kilang dan pertrokimia, pengembangan infrastruktur dan marketing, dan perbaikan struktur keuangan.

Dwi juga menanamkan competitive, confident, customer fokus, commercial, capanble sebagai tata nilai perusahaan, dan spirit satu Pertamina sebagai corporate governance.

Tidak mau ketinggalan, Direktur Utama Bank BRI Asmawi Syam juga memiliki cara tersendiri dalam melakukan transformasi. Yaitu dengan menarik orang-orang muda. Menurutnya, orang-orang muda tidak seperti orang tua yang kaya dengan pengalaman, namun mereka adalah generasi yang menjalakan kebijakan-kebijakan perusahaan di masa depan.

Berdasarkan kerangka berpikir ini Asmawi berkesimpulan bahwa orang muda memang miskin pengalaman, namun mereka kaya di masa depan. Ini menjadi alasan kenapa Asmawi banyak menarik orang muda dalam melakukan transformasi BRI. (adv)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com