Advertorial

Pengalaman Baru Para Pebulu Tangkis Muda Indonesia Masuk Karantina PB Djarum

Kompas.com - 11/11/2016, 13:45 WIB

Ajang pencarian bakat pebulu tangkis muda di sembilan kota Indonesia telah memasuki tahap akhir. Setelah melalui Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis 2016 di kota Bandung, Palembang, Purwokerto, Balikpapan, Solo, Makassar, Cirebon, Surabaya, dan Kudus, serta Tahap Final sudah terpilih 53 peserta yang lolos ke tahap karantina.

Terdiri dari 23 peserta U13 Putra, 14 peserta U13 Putri, 8 peserta U15 Putra, dan 8 peserta U15 Putri, seluruh peserta harus berpisah dengan orangtua dan bersiap memasuki masa karantina selama satu minggu.

Para peserta ini akan mengikuti pelatihan demi pelatihan intensif selama 1 minggu penuh seperti atlet PB Djarum lainnya. Selama karantina para peserta akan didampingi oleh mentor yang merupakan pelatih di PB Djarum, yang terdiri dari Sulaiman dan Nyi Mas Rani untuk U13 Putri, Ellen Angelina untuk U15 Putri, Engga Setiawan untuk U13 Putra, dan Hariawan untuk U15 Putra. Mentor-mentor ini akan memantau perilaku, kedisiplinan, dan ketaatan para peserta karantina. Para peserta juga mendapatkan fasilitas pembinaan yang sama dengan atlet PB Djarum, mulai dari kamar tidur yang nyaman, makanan yang bergizi, hingga sarana olah raga penunjang latihan.

Salah satu peserta karantina asal Jakarta, Muhammad Faris Adriyansyah mengaku ini merupakan pengalaman pertamanya tinggal di asrama dan berpisah dari orangtua.

“Perbedaan hidup di karantina dan di rumah, kalau di karantina bangunnya harus jam 5pagi dan latihan pagi dan sore. Sedangkan kalau di rumah, bangun pagi paling jam 9,” ujarnya.

Bangun pagi dan menjalani latihan dengan disiplin tinggi merupakan bagian dari pembentukan karakter seorang atlet. Walaupun begitu, ia mengaku senang berada di karantina karena ia memiliki teman yang banyak.

Fung Permadi selaku ketua tim dewan pelatih  menjelaskan sistem penilaian yang digunakan, yaitu dari teknis, kemampuan, dan perilaku peserta.“Kami menilai tentu saja dari teknis bermain, teknik dasar bermain, dari kemampuan fisik. Kemudian kami juga melihat attitude atau sikap mereka selama masa karantina. Untuk tahun ini juga, kami adakan penyesuaian untuk mengakomodasi atlet-atlet yang sesuai dengan kebutuhan PB Djarum ini,” jelasnya.

Masuk dalam karantina bukan berarti mereka telah langsung menjadi atlet PB Djarum, tetapi para peserta masih harus berlatih dan berkompetisi menunjukkan kemampuan mereka yang terbaik untuk untuk bergabung dengan PB Djarum. Latihan lari menjadi cara para mentor untuk menempa kecepatan dan ketepatan. Untuk memberikan latihan teknik, para peserta karantina diadu tanding dengan atlet-atlet PB Djarum. Adu tanding ini membantu pelatih menilai kapasitas para peserta karantina.

“Memang kami pertandingkan atlet-atlet karantina ini bersama angkatan mereka sesama karantina. Tujuannya untuk mengukur dari pada kemampuan mereka sendiri masing-masing sesama atlet karantina,” ujar Engga.

Engga juga menambahkan, saat ini akan mencoba perbandingan antara peserta karantina dengan atlet-atlet PB Djarum, “Kami jadikan tolak ukur di mana jarak di antara mereka, tim karantina dan tim PB Djarum, sehingga ke depannya kami bisa mengira-ngira ingin planning buat mereka itu apa seperti itu.”

Lalu siapa sajakah yang berhasil menerima Djarum Beasiswa Bulutangkis? Bagaimana ketegangan yang dirasakan ke-53 peserta karantina saat mengetahui hasilnya? Saksikan kisah mereka selengkapnya di program Kita Bisa Kompas TV yang tayang setiap Sabtu pukul 16.30WIB. (adv)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com