Advertorial

Pemborong 4 Medali Emas Panahan pada Paragames XV ini sudah Bersiap untuk Pelatnas

Kompas.com - 11/11/2016, 14:58 WIB

Prestasi membanggakan yang diukir oleh Ninik Umardyani (50), pemanah yang memborong 4 keping emas dari nomor recurve Peparnas XV 2016 di Lapangan Pajajaran Bandung pada Oktober lalu, membuatnya dinobatkan sebagai pengumpul medali terbanyak di sektor putri.

Namun meskipun mengaku senang dan, pemanah asal DI Yogyakarta ini sudah tidak lagi tenggelam dalam perayaan. Ia sudah dapat panggilan dari Pelatnas untuk berisap menghadapi Asian Para Games 2017 di Malaysia.

"Saya dapat panggilan Pelatnas. Pemusatan mulai digelar 5 November mendatang di Solo untuk kesiapan menghadapi ASEAN Paragames 2017 di Malaysia, saya tentu harus kerja keras kalau ingin meraih prestasi," katanya.

Terlebih lagi, lanjutnya, sudah ada kepercayaan yang harus dijawab. Karena dengan empat emas yang telah mengalung di lehernya itu, dia menjadi buruan penggemar yang ingin berfoto bersama seusai upacara penghormatan pemenang.

Jadi atlet panah pada usia 42 tahun

Sebelum terjun ke panahan, Ninik Umardyani adalah seorang atlet lempar cakram yang juga kerap turun di Peparnas dengan terakhir kali tampil di Kaltim 2008. Namun keindahan seni dalam membidik dari panahan menarik minatnya sehingga Nanik mantap menjadikannya sebagai cabang olahraga yang diikutinya ketika memasuki usia 42 tahun.

Awalnya Nanik menyangka dengan modal power sebagai bekas lempar cakram, dia yakin energinya bisa lebih optimal dalam penggunaan alat, dan tinggal mengasah feeling saat melepas panah ke sasaran. Hanya saja, ternyata butuh kerja keras untuk menguasai mainan barunya tersebut.

"Saya sempat frustrasi. Kok ternyata susah, padahal hanya sekadar mengarahkan anak panah. Tiga bulan, perasaan saya tak karuan. Untunglah, teman-teman terus memberi motivasi, saya pun bertekad kuat karena sudah banyak waktu dan tenaga yang dicurahkan untuk mempelajarinya," jelasnya.

Dan totalitasnya tidak percuma. Latihan kejar tayang dan “kunci permainan" yang sudah bisa dipegang membuat kemampuan memanahnya benar-benar langsung melesat. Saat turun di ASEAN Paragames 2011 di Solo, dia langsung menggondol medali perak dan perunggu. Setahun kemudian, dia menyumbangkan emas di Peparnas Riau bagi Yogyakarta.

Keputusannya Ninik untuk berkompetisi dengan peserta normal juga karena hasratnya akan panahan yang terus menggebu-gebu. Dia merasa belum dapat mengukur ilmu panahannya karena belum menemukan parameter yang tepat untuk menilai kerja kerasnya, terlebih pada pertandingan resmi. Kejuaraan di lingkup paralimpik pun terbatas. Lain halnya di kejuaraan yang diikuti peserta normal. Kejuaraan bisa berlangsung tiap tiga bulan.

"Di Peparnas XV, kemampuan pesertanya sebenarnya bagus-bagus tapi mereka kurang jam terbang. Lain halnya kalau kita ikut banyak kejuaraan, kita bisa mengevaluasi akan kemampuan kita sehingga peluang berkembang pun terbuka," katanya yang akan tampil di nomor recurve Peparnas XV.

Dengan semangat itu pula, Ninik Umardyani tak lagi canggung berkompetisi dengan peserta normal. Termasuk harus berjalan sendiri mengambil anak panahnya ke tujuan. Karena dia sadar, diperlukan langkah melampaui batas untuk merasakan sensasi yang sebelumnya belum pernah dirasakan.

Setelah kemarin Ajang Peparnas, Ninik mulai menata kembali bidikan lainnya yang lebih tinggi lagi gengsi di kejuaraan lainnya terutama Paralympic 2020.  ASEAN Paragames 2017 besok akan menjadi tangga pertamanya meraih tiket tersebut. (Adv)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com