Advertorial

Inspirasi Akhiri Kekerasan pada Perempuan dan Anak dalam Seminar 3Ends di Belitung

Kompas.com - 11/11/2016, 15:42 WIB

Acara Jelajah 3Ends yang diadakan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) di Belitung, pada Jumat (11/11/2016) memberi inspirasi bagi masyarakat.

Rangkaian acara ini dimulai dengan seminar yang melibatkan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terdiri dari Badan PPPA, dinas-dinas terkait di daerah, organisasi perempuan, organisasi kemasyarakatan, tokoh agama, dan Forum Anak Daerah.

Berlokasi di Hotel Grand Hatika, acara ini mendatangkan para pembicara, yaitu  Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Belitung Mintarsih, Kepala Sekolah SMA 3 Jakarta Ratna Budiarti, dan Kepala Lembaga Perlindungan Khusus Anak (LPKA) Kelas 1 Palembang Ahmad Fuad.

Belitung dipilih menjadi salah satu lokasi  program 3Ends karena angka perceraian serta kekerasan pada perempuan dan anak yang cukup tinggi di wilayah ini.

"Data perceraian mencapai 1.000 kasus per tahun di Belitung," ucap Mintarsih, Ketua P2TP2A.

Angka tersebut disebabkan oleh faktor perselingkuhan, percekcokan rumah tangga, faktor penelantaran, dan faktor ekonomi.

Rangkaian acara Jelajah 3Ends yang bertujuan untuk mengedukasi dan menginformasikan mengenai perempuan dan pemenuhan hak anak ini, memberi inspirasi bagaimana pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari.

Definisi dari 3Ends adalah akhiri kekerasan pada perempuan dan anak, akhiri perdagangan orang, dan akhiri ketidakadilan akses ekonomi untuk perempuan.

Di kota Laskar Pelangi ini, 3Ends fokus pada program mengakhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak. Hal ini terlihat dari pembahasan sekolah ramah anak dan lembaga pembinaan anak tanpa kekerasan.

Kepala sekolah SMA 3 Jakarta yang menjadi salah satu pembicara menceritakan bagaimana ia mengubah SMA 3 yang sebelumnya disoroti karena aksi perundungan yang dilakukan oleh para senior dan alumni. Menurutnya, aksi bullying yang terjadi disebabkan oleh minimnya silaturahmi antara pihak sekolah, orangtua, dan alumni.

"Masalahnya adalah kurangnya silaturahmi. Akhirnya kami mengundang beberapa orangtua dan alumni yang berpengaruh untuk membantu menyelesaikan masalah tersebut," ujar Ratna.

Pertemuan antara pihak sekolah, orangtua, dan alumni tersebut menghasilkan sebuah komitmen menjadikan SMAN 3 Jakarta Kawasan Anti Bullying. Ratna berharap, dengan adanya gerakan tersebut, aksi perundungan yang terjadi di sekolah yang dipimpinnya dan sekolah-sekolah lainnya tidak akan terjadi lagi.

Inspirasi terakhir didapat dari Ahmad Fuad Kepala LPKA Kelas 1 Palembang yang menjelaskan bagaimana upaya mewujudkan lapas berubah menjadi lembaga pembinaan ramah anak dengan berbagai cara.

Ahmad mengungkapkan cara yang paling ampuh untuk melindungi dan mengawasi anak-anak yang terpaksa berurusan dengan hukum itu adalah dengan kerja keras, kebersamaan, dan tanpa kekerasaan.

"Kalau menginginkan perubahan, kita juga harus berubah. Seperti lembaga ini, dari lapas dapat menjadi lembaga pembinaan anak dengan cara yang ramah anak," ujar Ahmad.

Menurutnya, anak-anak yang ada di pembinaan tersebut membutuhkan perhatian yang lebih, seperti motivasi dan keterbukaan.

"Dengan begitu, mereka akan merasa diperhatikan. Saat mereka keluar mereka harus lebih baik dibandingkan saat di dalam," ujarnya penuh harap.

Menteri PPPA Yohana Yembise, Wakil Bupati Belitung Erwandi A Rami, Bupati Jailolo Danny Missi juga turut hadir dalam acara ini.

Yohana menyampaikan bahwa isu kekerasan terhadap perempuan dan anak ini telah menjadi isu global yang sudah seharusnya diselesaikan bersama. Oleh sebab itu, dengan adanya program 3Ends ini diharapkan dapat mengurangi angka-angka tersebut.

"Suatu negara dikatakan belum maju jika perempuan dan anak-anaknya belum  berada dalam posisi yang aman," ujar Yohana.

Hal tersebutlah menjadi latar belakang mengapa program 3Ends ini muncul dan mulai dijalankan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Wakil Bupati Belitung juga berharap dengan adanya program ini, dapat mengakhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak di Belitung.

"Jika sebelumnya Belitung dikenal dengan kota pertambangan, kini Belitung  menuju kota wisata. Mari kita akhiri eksploitasi pada perempuan dan anak, serta mari kita akhiri diskriminasi pada para pekerja," ujar Erwandi.

Beliau juga menambahkan akan membuat sekolah ramah anak yang terinspirasi dari para inspirator yang menjadi pembicara dalam seminar tersebut. (Adv)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com