Advertorial

Menteri Yohana Jawab Aspirasi Soal Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak

Kompas.com - 20/11/2016, 17:05 WIB

Isu kekerasan dan ketidakadilan pada kaum perempuan dan anak-anak masih merebak di sejumlah kota di Indonesia. Itu sebabnya, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) terus mensosialisasikan program 3Ends ke seluruh lapisan masyarakat.

Adapun program 3Ends itu adalah akhiri kekerasan pada perempuan dan anak, akhiri perdagangan orang, dan akhiri ketidakadilan akses ekonomi pada perempuan. Salah satu langkah penyebarannya ialah melalui kegiatan Jelajah 3Ends yang diselenggarakan di tiga kota.

Kali ini, kegiatan Jelajah 3Ends mencapai puncak acaranya di Bandung, Jawa Barat. Acara berlangsung selama dua hari, mulai dari 19 November hingga 20 November 2016.

Pada acara tersebut, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise membuka kesempatan bagi warga Bandung untuk menyampaikan aspirasi dan pertanyaan seputar isu perempuan dan anak lewat sesi "Mama Yo Menjawab".

Mayang, anggota Forum Anak Jawa Barat, menyampaikan bahwa banyak anak di bawah usia 18 tahun bekerja di luar kota. Mereka bekerja bukan karena kesulitan ekonomi, tetapi karena tergiur kesuksesan orang lain.

"Banyak dari mereka malah tidak meneruskan sekolah. Lalu, bagaimana peran kami sebagai pelapor untuk menghentikan itu?" tanya Putri.

Masalah pernikahan dini juga diangkat oleh peserta. Putri, dari Forum Anak Kabupaten Bandung, mengatakan bahwa banyak teman sebayanya menikah,  padahal belum saatnya.

"Di usia 14-15 tahun sudah dinikahkan. Jadi banyak yang putus sekolah. Menurut saya, itu kekerasan pada anak. Mental dan organ reproduksi mereka pun belum siap," kata ia.

Menanggapi aspirasi warga Bandung, Menteri Yohana menegaskan untuk mengakhiri segala masalah tersebut. Menurut ia, anak berusia  di bawah 18 tahun masih harus mengejar pendidikan, bukannya bekerja atau menikah.

Pemaksaan terhadap anak-anak untuk bekerja atau menikah, menurut menteri yang kerap dipanggil Mama Yo, adalah suatu bentuk kekerasan. Selain itu, ia juga menyayangkan tingginya angka kekerasan di Indonesia.

"Kekerasan seksual masih tinggi. Banyak masyarakat Indonesia yang punya pendidikan tinggi, tetapi itu tidak ada artinya bila kasus kekerasan masih terjadi. Kekerasan adalah masalah bagi negara," kata Yohana.

Berbagai hal pun terus diupayakan Kemen PPPA demi melindungi anak. Salah satu di antaranya adalah dengan mendirikan, mengembangkan, serta membina sekolah ramah anak di Indonesia.

"Bersama Kementerian Pendidikan, kami mendirikan sekolah ramah anak. Saat ini jumlahnya sudah mencapai 3.000 sekolah ramah anak di seluruh Indonesia yang masih dalam tahap pembinaan," kata ia.

Melalui program 3Ends, Yohana juga menitikberatkan pada aspek ketidakadilan akses ekonomi untuk perempuan. Padahal, menurut Yohana, laki-laki dan perempuan memiliki hak yang setara dalam kesempatan meraih kesejahteraan ekonomi maupun profesi.

"Perempuan dan laki-laki memang harus setara. Ini sudah era kebangkitan perempuan. Perempuan berjalan setara dengan laki-laki," tutur Yohana.

-

Yohana mengatakan, pemerintah terus berupaya memutus mata rantai kekerasan dan ketidakadilan pada perempuan dan anak. Program 3Ends diharapkan membantu pemerintah untuk memusnahkan kekerasan yang mengintai mereka.

Sesi "Mama Yo Menjawab" diselenggarakan di tiga lokasi, yakni Padepokan Mayang Sunda, Graha Bhayangkara, dan Cikapundung River Spot. Acara tersebut dipandu oleh Ria Enes bersama boneka Susan serta dimeriahkan dengan penampilan stand up comedy dari komika ternama dan grup musik Sunda Hip Hop. (Adv)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com