Advertorial

Agar Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tetap Impresif

Kompas.com - 24/11/2016, 08:00 WIB

Indonesia diperkirakan masih akan berjuang untuk bertahan di tengah resesi global pada tahun mendatang. Namun, Indonesia tidak sendiri. Negara lain juga sedang berada di kondisi yang sama. Kebijakan pemerintah dalam penempatan anggaran belanja yang tepat menjadi kunci pertumbuhan ekonomi nasional.

Hal tersebut disampaikan penasehat senior pemerintahan Raden Pardede pada CEO Forum yang diselenggarakan oleh Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ (BTMU) di Jakarta, Selasa (22/11). “Indonesia masih memiliki banyak cara untuk bisa mempertahankan, bahkan meningkatkan pertumbuhan ekonominya pada tahun depan. Salah satu caranya dengan mengalokasikan anggaran belanja ke hal-hal yang lebih prioritas,” ujarnya.

Gelaran seminar "Indonesia Economy Outlook 2017" oleh Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ Jakarta Branch, 21-22 November 2016 di Hotel Indonesia Kempinski.
 

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara yang juga menjadi pembicara di acara tersebut ikut menjelaskan bagaimana agar perekonomian Indonesia bisa tumbuh cepat. Caranya, pemerintah harus fokus terhadap tiga sektor penting, yaitu sektor fiskal, sektor moneter, dan sektor riil.

“Program pengampunan pajak merupakan bagian dari perbaikan sektor fiskal. Program pengampunan pajak ini dimaksudkan untuk meningkatkan penerimaan negara sekaligus memperbaiki sistem perpajakan Indonesia. Sedangkan untuk kebijakan moneter, Bank Indonesia telah melakukan kelonggaran moneter guna menjaga stabilitas inflasi,” ujar Suahasil.

Perbaikan sistem pajak ini menjadi penting karena Indonesia mulai shifting dari pertumbuhan ekonomi berbasis konsumsi menjadi berbasis investasi. Oleh karena itu, sistem perpajakan yang lebih baik sangat diperlukan. Sebab, selama ini, rasio pajak terhadap PDB Indonesia masih sangat kecil dibandingkan negara tetangga.

Tidak hanya faktor dari dalam, East Asian Head of Global Market Research Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ Cliff Tan mengatakan, Indonesia pun harus mewaspadai kondisi global, terutama setelah Donald Trump terpilih menjadi Presiden Amerika. Tan mengatakan bahwa efek pertama kali yang mungkin dirasakan oleh Asia dan Indonesia datang dari sisi perdagangan. Hal ini dikarenakan banyak kebijakan soal perdagangan yang diperkirakan akan lebih mengarah ke dalam Amerika dibandingkan ke luar Amerika.

Gelaran seminar "Indonesia Economy Outlook 2017" oleh Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ Jakarta Branch, 21-22 November 2016 di Hotel Indonesia Kempinski.
 

CEO Forum merupakan acara yang diadakan oleh BTMU di Jakarta setiap semester, di mana di acara ini BTMU mengundang pembicara-pembicara dari luar BTMU untuk menyampaikan kondisi terbaru dan tren ekonomi politik Indonesia dan dunia. Pada CEO Forum kali ini, hadir sebagai pembicara Bapak Prof. Suahasil Nazara PhD. dari Kementrian Keuangan, Bapak Dr. Raden Pardede PhD., penasehat senior pemerintahan, dan Cliff Tan, East Asian Head of Global Market Research Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ.

BTMU adalah bagian dari Mitsubishi UFJ Financial Group, Inc (MUFG), grup lembaga keuangan dunia terkemuka dengan jaringan internasional yang menjangkau lebih dari 50 negara. Di Asia, BTMU hadir di 18 negara termasuk Indonesia. (Adv)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com