Advertorial

Komunikasi Diharap Mampu Meredam Konflik Antarkelompok Sosial

Kompas.com - 02/12/2016, 08:00 WIB

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi termasuk tumbuh pesatnya media sosial dan media dalam jaringan (daring) tidak hanya mengubah pola produksi, konsumsi, dan distribusi informasi, namun juga bisa memicu tingkah laku dan gaya hidup masyarakat ke arah konflik. Terlebih jika penggunaan media sosial ini tidak dilakukan secara bijak.

Hal ini dikemukakan oleh Dirjen Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika Rosarita Niken Widiastuti dalam seminar dan konferensi internasional 2nd International Conference on Transformation in Communication (ICOTIC) 2016 di Bandung, pekan lalu.

Dalam riuhnya media sosial di dunia digital inilah, kata Niken, komunikasi diharapkan bisa mengambil peran meredam konflik yang begitu mudah muncul dari interaksi yang terjadi. “Komunikasi punya tanggung jawab untuk berinisiatif meredam konflik dan menebarkan saling pengertian di antara kelompok sosial sehingga timbul saling pengertian di masyarakat kita,” ujarnya.

Acara ini terselenggara berkat kerjas ama dengan PT Pupuk Indonesia, PT Telkom, PT Telkomsel, PT Biofarma, dan PT Erlangga. Afilisiasi pendidikan yang turut menyokong kegiatan antara lain Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi, Universiti Utara Malaysia, Binus University, dan Universitas Udayana, Bali.

Niken melanjutkan, sebagai bangsa yang beragam, dengan jumlah penduduk lebih dari 250 juta, Indonesia menjadi negara keempat dengan penduduk terbanyak di dunia. Ini menunjukkan potensi yang besar, termasuk di dalam perkembangan informasi dan komunikasi.

 Data Kemenkomino menyebutkan, dari 93 juta pengguna internet dan 281 juta pengguna telepon selular, 65 juta di antaranya orang Indonesia. Dari angka itu, lebih dari 40 persen pengguna internet di Indonesia berusia 15-24 tahun, dan 75 di antaranya berusia kurang dari 40 tahun.

“Ini menunjukan kekuatan, peluang sekaligus tantangan bagi kita, terutama bagaimana Indonesia bisa menjawab tantangan untuk menyebarluaskan informasi kepada masyarakat luas,” katanya.

Senada dengan Niken, Rektor Telkom University Mochamad Ashari mengatakan 90 persen dari pengguna internet di Indonesia saat ini menggunakan media sosial dalam melakukan komunikasi digital. Dengan potensi sebesar ini, kata Rektor, sebaiknya pengguna media sosial mulai menggeser fungsi sosial menjadi bernilai ekonomis.

“Ini menjadi tantangan bagi kita bagaimana masyarakat pengguna internet khususnya media sosial dapat mengubah budaya sosialnya menjadi bernilai ekonomis dan produktif,” katanya.

 Dekan Fakultas Komunikasi Bisnis Telkom University Jafar Sembiring mengatakan, rangkaian acara tersebut menunjukkan makin tingginya peminat pada bidang ilmu komunikasi, sehingga pihaknya berencana terus menggelar kegiatan tersebut ke depannya.

Seminar dan konferensi internasional ICOTIC 2016 merupakan bagian dari rangkaian ulang tahun ketiga Telkom University. Acara yang digelar selama dua hari dari 23-24 November 2016 ini dihadiri sejumlah pembicara dari kalangan pakar dan praktisi komunikasi.

Selain Niken, hadir pula Terry Flew (Professor dari Queensland University of Technology), Setiawan Sabana (Profesor dari Institut Teknologi Bandung), dan Loes Witteveen (Akademisi dari Van Hall Larenstein University).

Hadir pula Akademisi dari Universiti Utara Malaysia Norsiah Abdul Hamid, Akademisi dari Telkom University Ade Irma Susanty, dan Dorien Kartikawangi dari Perhumas Indonesia. (adv)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com