Advertorial

PALYJA Ciptakan Inovasi Metode untuk Jaga Kualitas Air Minum

Kompas.com - 19/01/2017, 09:16 WIB

Tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam pemenuhan kebutuhan air minum ialah kualitas, kuantitas,  dan kontinuitas. Bagi warga Jakarta, kuantitas air yang cukup memang harus terus tersedia. Namun, jangan lupa, menjaga kualitas dan kontinuitas air minum adalah faktor yang amat penting untuk menentukan apakah kelangsungan air yang mengalir ke rumah aman untuk dikonsumsi atau tidak.

Operator penyediaan air minum untuk wilayah barat Jakarta, PT PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA), merupakan salah satu perusahaan air minum yang memandang bahwa pemenuhan kualitas,  kuantitas dan kontinuitas air harus berjalan bersama. Sebab, kuantitas air yang cukup untuk warga Jakarta akan menjadi percuma bila kualitas dan kontinuitas air yang mereka terima tidak terjaga.

Water Quality Department PALYJA terus menciptakan inovasi dan penyempurnaan metode untuk menjaga kualitas air minum PALYJA. Akhir tahun 2016 lalu, Water Quality Department PALYJA mendapat penghargaan dari program Palyja Innovation (PIN).

Inovasi tersebut diciptakan di Laboratorium Mikrobiologi PALYJA, berupa penyederhanaan tahap analisis bakteri E. coli dan total coliform dengan mengubah media pembiakannya.

Ide itu datang dari perubahan standar yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 Tahun 2010. Permenkes tersebut menetapkan sejumlah persyaratan kualitas air minum, salah satunya mengenai parameter mikrobiologi yang terkandung dalam air. Parameter mikrobiologi yang dimaksud ialah kadar bakteri E. coli dan total coliform.

Menurut Permenkes, kadar maksimum bakteri E. coli dan total coliform dalam setiap 100 mililiter sampel air adalah 0. Artinya, dua bakteri tersebut tidak boleh ada sama sekali dalam air minum yang didistribusikan ke warga. Kedua bakteri tersebut memang berpengaruh bagi kesehatan. Bila keduanya ada di air minum dan kemudian dikonsumsi masyarakat, maka konsumennya bisa terkena diare.

“Selama ini kami memeriksa kadar total coliform dan fecal coli, belum pernah memeriksa E. Coli karena E. coli itu memang termasuk dalam golongan fecal coli. Jadi untuk memenuhi dan mengikuti parameter dalam Permenkes, kami pun memeriksa kadar E. coli,” tutur Water Quality Department Head Palyja Meidiasari Susanti saat ditemui di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Pejompongan 2, Jakarta, PALYJA (13/1/2016).

Perempuan yang kerap disapa Meidi itu mengatakan awalnya tim laboratorium PALYJA menganalisis dua parameter itu dengan dua media. Setelah melakukan berbagai studi dan membaca literatur terkait, Meidi dan timnya menciptakan inovasi, yakni menjadikan analisis kadar bakteri E. coli dan total coliform dalam satu media pembiakan saja.

Hasilnya, menurut Meidi, yang pertama Palyja mampu memastikan bahwa kualitas air minum yang diproduksi dan didistribusikan kepada pelanggan sesuai dengan standar dan peraturan yang diberlakukan Kementerian Kesehatan.

“Kami bisa penuhi Permenkes No. 492 Tahun 2010. Kami juga tidak mungkin bekerja dengan tidak ada standarnya,” ujar Meidi.

Selain itu, Meidi juga menyatakan, inovasi ini berdampak pada efisiensi kerja dan biaya. Meidi menuturkan, proses analisis membutuhkan jumlah analis yang sesuai. Bila analisis kadar bakteri pada air minum harus dilakukan dengan dua media, maka waktu dan tenaga yang dikeluarkan pun lebih banyak.

“Kalau pekerjaan analisnya berkurang, ia bisa diperbantukan untuk menganalisis hal lain. Karena di PALYJA, ‘kan banyak bahan analisis. Ada analisis jaringan dan instalasi yang harus dilakukan setiap hari. Belum lagi kalau kami sedang ada studi. Studi itu di tim jaringan dan kualitas air. Jadi kalau jam kerja analisnya bisa diefektifkan, ‘kan bisa membantu yang lain,” tutur Meidi.   

Inovasi yang dilakukan oleh Water Quality Department ini meraih penghargaan PIN 2016 untuk kategori PALYJA Quality Control Circle (PQCC). Meski baru memenangkan penghargaan pada akhir tahun 2016, proyek ini sudah dikerjakan tim Water Quality Department Palyja sejak tahun 2012. (Adv)

Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com