Advertorial

Dukung Perkembangan Irigasi, Kementerian PUPR Hadiri Kongres Inacid 2017

Kompas.com - 11/03/2017, 09:31 WIB

JAMBI, KOMPAS.com - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menuturkan bahwa pangan, sandang, dan papan masih menjadi tiga kebutuhan pokok masyarakat Indonesia. Sayangnya, meskipun sudah mencapai kemerdekaan, kebutuhan pangan dan papan belum bisa terpenuhi secara maksimal.

Hal tersebut ia sampaikan dalam pembukaan acara Kongres, Rapat, dan Seminar Nasional Indonesian National Committee on Irrigation and Drainage (INACID) di Hotel Abadi Suite, Jumat (10/3/2017) lalu. Acara yang mengangkat tema “Modernizing Irrigation and Drainage for a New Green Revolution” diselenggarakan selama dua hari berturut-turut, yaitu pada 10 hingga 11 Maret 2017.

Basuki didampingi oleh Direktur Jenderal (Dirjen) Sumber Daya Air Kementerian PUPR Imam Santoso dan Gubernur Jambi Zumi Zola. Selain itu, acara ini juga dihadiri sekitar 300 peserta yang mayoritas merupakan anggota INACID.

"Setelah kita merdeka, tiga kebutuhan pokok kita papan, sandang, dan pangan, baru sandang yang tidak pernah lagi diperdebatkan," ungkap Basuki.

KOMPAS.COM/Dhanang David Aritonang Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono pada pembukaan acara Kongres, Rapat, dan Seminar Nasional Indonesian National Committee on Irrigation and Drainage (INACID) di Hotel Abadi Suite, Jumat (10/3/2016).

Basuki menuturkan bahwa persoalan sektor pertanian dan produksi pangan masih menjadi pekerjaan rumah yang belum sepenuhnya terselesaikan. Indonesia sendiri dikenal sebagai salah satu negara penghasil pangan terbesar di dunia.

Namun, Indonesia kerap mengimpor bahan pangan dari negara-negara lain. Hal itu menunjukkan bahwa ketahanan pangan di negara ini belum stabil dan masih rendah.

Menurut Basuki, masalah serupa juga ditemukan pada sektor perumahan. Apalagi kebutuhan rumah atau hunian terus meningkat setiap tahunnya. Atas dasar itu, Kementerian PUPR mencanangkan Program Sejuta Rumah guna memenuhi kebutuhan papan.

Jika sektor perumahan sudah memiliki Program Sejuta Rumah sebagai salah satu solusi, maka sektor pertanian memiliki program irigasi. Basuki mengatakan, irigasi merupakan metode yang relevan dan efektif dalam upaya mendongkrak produksi pangan.

Produksi pangan yang dimaksud tidak hanya terbatas pada tanaman padi saja, tetapi juga hortikultura yang membutuhkan pengairan rutin. Peningkatan kinerja irigasi juga diyakini mampu mengatasi sejumlah persoalan yang muncul akibat perubahan iklim.

"Hal ini membutuhkan upaya-upaya irigasi. Tidak hanya koordinasi dengan Kementerian Pertanian, karena mereka akan terus memodernisasi produksinya," ungkap Basuki.

Basuki menjelaskan bahwa tahun ini Kementerian Pertanian berencana untuk membangun sebanyak 30.000 embung. Menurutnya, ada beberapa kendala yang dihadapi sektor pertanian, seperti masalah pompa air dan pengairan untuk pertanian.

Basuki berharap, setiap makalah yang diajukan dalam kongres ini nantinya dapat diimplementasikan dalam bidang pertanian, khususnya untuk proyek irigasi di Jambi.

Dalam kesempatan kali ini, Zumi Zola mengapresiasi kedatangan Kementerian PUPR ke Provinsi Jambi. Ia berpendapat bahwa pembangunan infrastruktur di Jambi memang sangat diperlukan untuk kemajuan daerah serta kemakmuran warga. Ia juga berharap, dengan diadakannya kongres ini, sistem irigasi di daerah Jambi bisa lebih baik dan mampu memberikan manfaat pada sektor pertanian.

Sebelum menghadiri Kongres, Rapat, dan Seminar Nasional INACID, Imam Santoso juga meninjau Pembangunan Prasarana Pengendalian Banjir Kota Jambi. Ia menuturkan bahwa masalah banjir di Kota Jambi sudah sangat mengkhawatirkan dan membutuhkan penanganan dan perhatian khusus.

"Ada delapan lokasi sungai yang banjir, yang mau masuk ke sungai Batanghari. Kemudian, ada empat titik yang saling berkoneksi, yaitu Sistem Danau Sipin, Sistem Danau Teluk, Sistem Sungai Asam, dan Sistem Sungai Tembuku," tutur Imam.

KOMPAS.COM/Dhanang David Aritonang Direktur Jenderal (Dirjen) Sumber Daya Air Kementerian PUPR Imam Santoso saat melakukan peninjauan Pembangunan Prasarana Pengendalian Banjir Kota Jambi, Jumat (10/3/2016).

Ia menuturkan bahwa Kementerian PUPR tengah melakukan perbaikan untuk sistem ini. Adapun perbaikan yang dilakukan meliputi normalisasi pintu air sungai, melakukan pemasangan tanggul, dan melakukan pemasangan pompa.

Meskipun demikian, ia merasa usaha ini masih belum signifikan. Sebab, semua tindakan yang dilakukan pemerintah tidak akan mampu berjalan dengan baik jika masyarakat tidak ikut mengambil peran dalam upaya menjaga kebersihan kebersihan lingkungan, yaitu dengan cara tidak membuang sampah ke bantaran sungai.

Selain melakukan peninjauan ke Pembangunan Prasarana Pengendalian Banjir, Imam juga melakukan pemeriksaan sejumlah alat pengukur debit air di Sungai Batanghari. Ia merasa bahwa alat-alat tersebut masih bersifat manual dan kurang efisien untuk mengukur debit air. Ia berencana untuk mengganti semua peralatan tersebut dengan alat yang lebih modern dan mampu bekerja secara otomatis. (Adv)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com