Advertorial

Eksan Subagio, Sukses Berawal dari Sales (Bagian 1)

Kompas.com - 26/03/2017, 17:00 WIB

Pekerjaan sebagai tenaga penjual atau sales tak bisa lagi dipandang sebelah mata. Banyak yang telah membuktikan kesuksesannya dari pekerjaan ini. Padahal awalnya, banyak masyarakat Indonesia menganggap sales adalah pekerjaan rendah.

Kesuksesan saat menjadi salesman juga dibuktikan oleh bapak empat anak, Eksan Subagio yang merupakan pengusaha bahan bangunan di Banjarmasin.

Ia telah menekuni profesi sebagai tenaga penjual di Surabaya, kota kelahirannya, selama 8,5 tahun sebagai sales kaca lembaran. Bahkan, Eksan mampu membukukan pendapatan berlebih dari hanya menjadi sales.

"Awal menjadi sales, sekitar 1992 saya hanya mendapatkan gaji sebesar Rp 150 ribu. Namun, pada tahun 2000 saya sudah memiliki gaji Rp 4,5 juta. Semua saya raih karena kerja keras," kata dia.

Pria lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) ini terjun ke dunia sales karena dorongan pacarnya, Ester Ira Susanti Sudjono yang kini menjadi istrinya. Pekerjaan ini dipilihkan sang pacar karena Eksan bukan termasuk orang yang senang duduk berlama-lama.

"Bapak ini orangnya tidak bisa diam, duduk. Makanya saya suruh menjadi sales. Saya buatkan surat lamaran yang ditujukan untuk delapan perusahaan. Pesaingnya waktu itu sarjana. Namun, dari delapan perusahaan yang dilamar, semuanya menerima," kenang Ester. 

Ironisnya, saat awal bekerja Eksan sudah membuat masalah. Ia menabrak seorang anak kecil saat mengendarai mobil. Namun, sang bosnya pengertian dan tidak memberikan sanksi kepada Eksan. Menurut Ester, uang yang dihasilkan Eksan dari bekerja dititipkan kepadanya untuk dikelola.

Setelah delapan tahun bekerja sebagai sales dan membuktikan kesusesannya, Eksan memutuskan untuk membuka usaha sendiri. Ia memilih hijrah ke Banjarmasin untuk memasarkan bahan bangunan seperti engsel, kran, kunci pintu, tang, kunci inggris, dan lain sebagainya. Bahan bangunan dinilai Eksan merupakan prospek yang sangat menjanjikan.

Pasalnya, masih banyak orang yang membutuhkan rumah. Tak hanya itu, Kalimantan merupakan kota yang dinilainya memiliki tingkat konsumsi tinggi karena masyarakatnya memiliki pendapatan yang lebih tinggi akibat berbisnis sumber daya alam.

Berbekal uang Rp 75 juta dari kas pribadi dan utang, ia memulai bisnisnya di Banjarmasin. Ia memasarkan produk bahan-bangunannya dengan mobil tua tahun1983 hasil modifikasinya. Mobil ini dimodifikasi sendiri olehnya agar mampu menjelajah bukit dan pegunungan di Banjarmasin. Tak hanya itu, mobil ini juga harus bisa mengangkut 4 ton barang dagangannya.

Ia memilih memasarkan produk bahan bangunan di daerah pinggiran terlebih dahulu dibandingkan langsung ke pusat kota. Hal ini dilakukan agar ia bisa bersaing dengan sales yang terlebih dahulu beroperasi di Banjarmasin.

"Saya memilih sistem menjemput bola. Masyarakat di pinggiran itu banyak uang. Namun, tidak memiliki waktu atau malas ke kota hanya untuk membeli barang. Hal ini yang saya manfaatkan. Sehingga mereka mendirikan rumah dengan bahan yang saya jual," ungkap Eksan.

Bersama dengan seorang sopir asal Surabaya, ia menjelajah Banjarmasin. Padahal, Eksan dan sopirnya itu tidak mengenal kota tersebut. Tak ayal, ia selalu membawa peta saat berkeliling dari kota yang satu ke kota yang lain untuk memasarkan barang bangunan tersebut.

"Saya kemana-mana bawa peta. Bahkan pernah suatu hari mobil saya mogok di hutan saat malam hari. Namun, saya tidak pernah mengeluh. Saat supir saya menagis, saya hanya bilang kita harus terus bekerja keras agar bisa sukses," papar dia.

Bagaimana kelanjutan kisah Eksan menjalankan bisnisnya di Banjarmasin? Baca kisahnya di artikel selanjutnya. (adv) 

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com