Advertorial

Tertarik dengan Investasi Reksa Dana Pendapatan Tetap? (Bagian 1)

Kompas.com - 03/04/2017, 15:00 WIB

Sebelum Anda melakukan investasi reksa dana pendapatan tetap, Anda harus mengetahui terlebih dulu seperti apa potensinya tahun ini. Karena beragam tantangan internal dan eksternal akan menghambat kinerja reksa dana jenis ini.

Memang, berdasarkan Data Infovesta Utama per Februari 2017 menunjukkan, rata-rata imbal hasil reksa dana pendapatan tetap mencapai 0,69 persen (MoM) dan 1,73 persen (YtD).

Head of Research and Consulting Services PT Infovesta Utama Edbert Suryajaya mengakui, reksa dana pendapatan tetap sudah mencatatkan imbal hasil tertinggi dua bulan pertama 2017 dibanding jenis reksadana lain.

Katalis positif berasal dari harapan prospek perekonomian Indonesia yang cukup baik. Ini tercermin pada aksi lembaga pemeringkat internasional Fitch Rating dan Moody's yang mengerek Outlook Sovereign Credit Rating Republik Indonesia dari semula stabil menjadi positif beberapa waktu lalu.

Rating kita juga masih dipertahankan di level investment grade,” katanya. Terlebih lagi, secara valuasi obligasi dalam negeri masih murah. Ini akibat koreksi cukup tajam jelang pengujung 2016.

Senior Research Analyst Pasar Dana Beben Feri Wibowo menambahkan, di awal tahun ini nilai tukar rupiah dan laju inflasi dalam negeri masih terkendali. Alhasil per 28 Februari 2017, investor asing mencatatkan net buy surat berharga negara (SBN) sebanyak Rp 26,08 triliun (YtD).

Lelang obligasi pemerintah dalam kurun dua bulan terakhir juga diwarnai kelebihan penawaran alias oversubscribe. Katalis positif juga bersumber dari tingginya permintaan obligasi dari investor domestik, misalnya dana pensiun dan asuransi.

Pemicunya, kenaikan batas minimum kepemilikan SBN bagi industri keuangan non bank (IKNB). Ini tercantum pada regulasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Buktinya, secara YtD per 28 Februari 2017, kepemilikan reksadana di SBN tumbuh 4,41% menjadi Rp 89,43 triliun.

Kepemilikan investor asuransi di SBN juga naik 2,84 persen menjadi Rp 245 triliun. Begitu pula kepemilikan dana pensiun yang membesar 0,46 persen ke level Rp 87,68 triliun serta perbankan yang melonjak 29,56 persen menjadi Rp 517,52 triliun.

“Ini tentu memberi andil untuk menyokong positifnya pasar pendapatan tetap,” jelasnya.

Akan tetapi, Beben mengakui kinerja reksa dana pendapatan tetap tahun ini cenderung melambat ketimbang periode sama tahun lalu yang berkisar 2,55 persen.

Berlanjut ke bagian kedua untuk mengetahui penyebab pelambatannya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com