Advertorial

Rahasia Sekolah Balet Namarina Miliki Ribuan Siswa (Bagian 1)

Kompas.com - 07/04/2017, 17:47 WIB

Bagi para penggemar seni tari dan balet, tentu nama Namarina bukan lagi hal asing. Sekolah tersebut bahkan menjadi sekolah balet tertua di Asia Tenggara. Selama 60 tahun berjalan, sekolah ini memegang prinsip disiplin, kerja keras, dan jujur yang pada akhirnya membuatnya langgeng hingga kini.

Almarhumah Nani Lubis adalah pendiri sekolah ini, yang kemudian diteruskan Maya Tamara. Namarina sendiri berasal dari kata ibu dalam bahasa Tapanuli.

“Namun, bagi saya, Namarina adalah gabungan nama ibu, saya dan kakak (Risya) serta adik (Nasya),” ungkap Maya yang mendapat Elementary Certificate dari Royal Academy of Dancing (RAD) di Singapore pada 1975 itu

Kemudian, Maya melanjutkan pendidikan di Royal Acedemy of Dancing, London, sejak 1978, untuk menjadi guru tari.

“Selalu ada dua pilihan, menjadi penari atau guru. Saya pilih guru karena sejak remaja saya memang sudah ingin mengajar,” ucap Maya.

Begitu lulus pada Februari 1981, Maya menjadi orang Indonesia pertama yang lulus dari RAD dan menjadi Artistic Director di Namarina. Dari sini, Maya mulai menciptakan karya tari, baik balet klasik maupun jazz modern.

Meski Namarina kini sudah menjadi ikon, sekolah ini tak ingin membuka cabang. Hal ini Maya lakukan demi menjaga kualitas dan mutu sekolah.

“Namarina bukan waralaba makanan cepat saji yang bisa diberikan pada siapa saja yang punya uang,” katanya.

Untuk buka cabang, Maya akan melihat keseriusan calon rekan usaha itu terlebih dahulu, kemudian menyiapkan sistem pendukung dan mengutamakan kepala sekolah dari alumni Namarina. Terbukti, cabang di Bintaro, Tebet, Pondok Indah, Duren Sawit, hingga Pantai Indah Kapuk tetap bagus.

Maya juga banyak belajar dari suami soal manajemen.

“Suami saya banyak baca buku, mulai dari manajemen, budaya, musik, bahkan soal pencahayaan panggung. Kalau saya malas baca, suami akan mendongeng soal itu. Jadi, pengembangan bisnis memang banyak belajar dari suami,” ujar Maya.

Melalui bekal yang cukup, Maya yakin dalam 20 tahun mendatang, bisnis seni pertunjukan akan booming sehingga lulusannya banyak dibutuhkan. Sebagai Ketua Lembaga Sertifikasi Senama Indonesia, Maya optimistis pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan merespons positif keinginannnya mendirikan Sekolah Kejuruan.

“Saya ingin ini bisa terwujud pada 2020,” kata Maya.

Maya juga sudah mulai menyiapkan anaknya untuk meneruskan bisnis, meski ia tak ingin anaknya terburu-buru masuk Namarima.

“Kalau anak saya sudah punya pengalaman di luar, saya ingin ia membantu mengelola Namarina. Jadi saya minta ia belajar dulu di tempat lain,” katanya.

Berlanjut ke bagian kedua.

(Adv)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com