Advertorial

Ketika Kereta Commuter Line Dipenuhi Para Pembaca Buku...

Kompas.com - 27/04/2017, 09:00 WIB

Jarum jam klasik yang tergantung di Stasiun Kota menunjukkan pukul setengah sembilan pagi. Suasana stasiun nampak riuh dengan ratusan anak muda berbaju biru saling bercengkrama satu sama lain sembari memegang buku bacaan masing-masing. Mereka sedang asyik menunggu kedatangan kereta Commuter Line tujuan Stasiun Kota-Stasiun Universitas Indonesia.

Ratusan anak muda tersebut merupakan peserta gerakan KeREADta. Dengan antusiasnya, mereka ingin mengajak para penumpang kereta rel listrik (KRL) untuk menumbuhkan minat baca buku di mana saja termasuk saat berada di kereta. Para relawan literasi ini berasal dari beragam latar belakang, mulai dari individu hingga komunitas baca.

Pukul setengah sepuluh pagi, kereta yang menjadi target aksi KeREADta tiba, peserta pun terbagi ke dalam 12 kelompok yang akan mengisi 12 gerbong kereta tujuan Kota-UI Depok. Mereka duduk dan berdiri di berbagai sisi gerbong sembari membuka halaman demi halaman buku yang mereka baca.

Karya-karya Tere Liye, Eka Kurniawan, Pramoedya Ananta Toer, Soe Hok Gie, hingga Andrea Hirata membuat para peserta hanyut menikmati bacaan mereka selama perjalanan.

Head of Public Relations Taman Baca Inovator (TBI), Sortalia Purba mengatakan bahwa aktivitas membaca masyarakat ibu kota di berbagai jenis transportasi umum seperti kereta terbilang sangat minim. 

"Padahal berbagai fasilitas yang telah disediakan, baik di stasiun maupun di dalam kereta sendiri, cukup nyaman dimanfaatkan penumpang untuk membaca buku. Harapannya di mana pun seharusnya masyarakat mau membaca buku," ujarnya saat ditemui di Stasiun Kota, Minggu (23/4/2017) pagi. 

Perempuan yang akrab disapa Sorta itu menuturkan, aksi ini memanfaatkan momentum Hari Buku Dunia untuk meningkatkan minat baca masyarakat, mengingat peringkat minat baca masyarakat Indonesia saat ini terbilang rendah, yaitu di peringkat ke-60 dunia. 

"Selama aksi ini peserta diharuskan untuk menikmati bacaannya tanpa mengaktifkan gadget-nya agar tidak terganggu. Ini juga melatih mereka untuk bersikap bijak dalam menggunakan gadget yang dimiliki," ungkapnya. 

Aksi ini juga ditujukan agar anak muda Indonesia tidak terlalu terpaku dengan gawai dalam memperoleh informasi mengingat kuatnya fenomena informasi bohong (hoax) mewarnai linimasa media sosial. Sorta berpandangan bahwa melalui buku, informasi yang diperoleh akan jauh lebih luas dan mendalam ketimbang aktivitas membaca di internet.

Sementara, di sisi lain salah seorang peserta bernama Yaiba Miracle Matahari (19 tahun) menceritakan keseruannya selama melakukan aksi ini. Kesibukannya membaca buku Bound karya Okky Madasari mengundang rasa penasaran dari anak kecil yang duduk di sampingnya. 

"Anak kecil yang duduk di samping aku tuh kayaknya penasaran, terus aku ceritain aja buku yang aku baca apa karena aku baca novel bahasa Inggris. Tapi kayaknya si anak kecil ini bosen. Jadi aku pinjem buku dongeng terus aku ceritain ke dia," ujar Yaiba sembari tertawa.

Peserta yang tinggal di kawasan Pancoran ini kembali didekati anak kecil pada saat kereta berhenti di Stasiun Pasar Minggu. Alhasil, Yaiba membacakan buku dongeng kepada dua anak kecil yang telah ditemuinya. 

Peserta lainnya, Rihan Rosihan, menganggap aksi seperti ini perlu mendapat dukungan kuat sebagai sarana literasi. Pengagum Sapardi Djoko Damono ini juga menilai bahwa stigma buku yang dianggap kuno di era internet saat ini perlu dilawan dengan aksi literasi seperti ini.

"Saya juga berharap acara ini jangan cuma sekali doang, dan jaringan pesertanya juga kalau bisa diperluas menggandeng komunitas sastra dan literasi mengingat selama ini mereka jalan sendiri-sendiri," ujar peserta asal Bekasi itu. 

Aktivitas yang jarang

Vice President of Marketing Communications PT. Bank Central Asia (BCA) Tbk.  Norisa Saifuddin mengatakan bahwa sebagai pendukung aksi KeREADta, BCA menganggap bahwa kegiatan ini merupakan hal yang menarik karena aktivitas membaca di kereta jarang dilakukan.

"Kadangkala ketika berpergian atau pulang menggunakan transportasi kereta ini kan menghabiskan waktu yang tidak sebentar, sehingga akan sangat disayangkan waktu yang ada tidak digunakan untuk membaca. Aksi ini menjadi semacam inspirasi bagi penumpang KRL lainnya," jelasnya. 

Norisa juga menjelaskan rangkaian aksi ini sejalan dengan program berbagi Buku untuk Indonesia yang diinisiasi oleh BCA.  Program ini ditujukan bagi siapa saja yang tertarik untuk melakukan donasi minimal Rp 100.000. Dan dana yang terkumpul nantinya akan dikonversikan menjadi buku-buku bacaan berkualitas untuk anak-anak Indonesia di wilayah yang akses terhadap buku bacaan masih minim.

Sementara itu, Kepala Stasiun Jakarta Kota, Hendrik Muliyanto menilai aksi semacam ini terbilang positif. Selain itu, Hendrik juga menilai bahwa aksi ini terbilang baru di Indonesia sehingga patut dijalankan secara kontinu. 

"Kegiatan ini yang saya tahu di Indonesia baru pertama kalinya, sementara di negara lain seperti Jepang, aktivitas book travel ini sudah sering dilakukan. Ini kan positif karena biasanya penumpang lebih sering main handphone atau melamun seperti orang bingung," ungkapnya.

Mulai dengan Langkah Kebaikan

Jika Anda mempunyai kepedulian terhadap rendahnya minat baca anak Indonesia, Anda juga dapat memulai langkah kebaikan dengan mengunjungi www.BukuUntukIndonesia.com. Lalu klik tombol ‘berbagi’.  Anda akan diarahkan ke halaman Blibli.com untuk dapat memilih paket berbagi yang diinginkan.

Dengan minimal Rp100 ribu Anda sudah berpartisipasi untuk mewujudkan generasi penerus bangsa yang lebih baik.  Sebagai apresiasi, BCA akan memberikan kaos kebaikan. (Adv) 

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com