Kilas daerah

Kota Semarang, Contoh Penanganan Kawasan Kumuh

Kompas.com - 03/05/2017, 19:30 WIB

SEMARANG, KOMPAS.com - Tahun ini, tepatnya Selasa (2/5/2017), Kota Semarang genap berusia 470 tahun. Banyak gebrakan dilakukan untuk mempercantik kota ini.

"Pembangunan di Kota Semarang ini kan berjalan di atas empat roda. Keempat roda tersebut adalah pemerintah, pengusaha, pewarta dan juga penduduk atau elemen masyarakat”, tutur Walikota Semarang Hendrar Prihadi, usai memperingati HUT Kota Semarang ke-470 di Balaikota.

"Saya bersyukur dan bangga, karena semakin ke sini masyarakat semakin menunjukkan rasa bangga dan cinta dengan kotanya," tambah Hendi, sapaan akrabnya. 

Hendi mengaku pujian yang dia lontarkan itu bukan tanpa alasan. Selama ini gebrakan pembangunan yang telah dilakukan Pemkot Semarang juga didukung sepenuhnya oleh masyarakat. Salah satunya program penanganan kawasan kumuh.

Berdasarkan data Departemen Pekerjaan Umum‎ pada 2012 lalu, Kota Semarang masih masuk dalam 10 kota dengan kawasan kumuh terbesar di Indonesia. Pada saat itu daerah kumuh tercatat seluas 40 hektar atau lebih banyak dari Kota Medan dengan luasan 31 hektar, meskipun lebih kecil dari Surabaya yang mencapai 59 hektar.

Adapun yang terbesar luasannya adalah Jakarta Barat dan Jakarta Utara dengan wilayah kumuh masing-masing seluas 407 hektar, disusul Makassar dengan 323 hektar, Jakarta Timur seluas 282 hektar, Jakarta Selatan seluas 277 hektar, dan Bandung mencapai 202 hektar.

Namun, sejak 2013 lalu atau ketika menjabat sebagai Walikota Semarang, Hendi merancang sejumlah inovasi untuk mengubah kawasan kumuh. Bahkan, pada 2014, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional kala itu, Andrinof Chaniago, menyebut Kota Semarang sebagai salah satu daerah yang dijadikan percontohan penanganan permukiman kumuh di Indonesia.

Hingga 2017, setidaknya ada empat gebrakan penanganan kumuh perkotaan yang dilakukan oleh Hendi. Tak hanya melakukan perbaikan, beberapa inovasi yang dilakukannya pun akhirnya menjadikan kawasan yang semula kumuh kini menjadi daya tarik kota.

Keempat gebrakan itu meliputi pertama program arsitek masuk kampung. Pada Desember 2016 lalu, Walikota Semarang ini bahkan secara resmi menandatangani kerjasama dengan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jawa Tengah.

Berdasarkan kerjasama itu Hendi menempatkan minimal dua orang arsitek di setiap kecamatan. Para arsitek tersebut bekerja sebagai mitra pendukung Pemerintah Kota Semarang dalam medesain ulang permukiman yang lebih baik.

Selanjutnya, gebrakan yang kedua adalah program kampung tematik. Inovasi ini telah diterapkan di 32 titik di Kota Semarang. Beberapa di antaranya adalah Kampung Tematik Seni, Kampung Tematik Jawi, Kampung Tematik Batik, hingga Kampung Tematik Bandeng.

Dok Pemkot Semarang Walikota Semarang Hendrar Prihadi menempatkan minimal dua orang arsitek di setiap kecamatan. Para arsitek itu menjadi mitra pendukung Pemerintah Kota Semarang dalam medesain ulang permukiman yang lebih baik.
"Kami menginisiasi program ini untuk menggantikan citra kampung-kampung yang dulu kumuh itu. Sekarang, kampung-kampung itu telah berubah menjadi daya tarik kunjungan ke Kota Semarang," ujar Hendi, yang tahun ini menargetkan akan menambah 100 titik kampung tematik.

Sementara program berikutnya adalah revitalisasi pasar. Ini menjadi salah satu poin penting penanganan kawasan kumuh di Kota Semarang.

Saat ini ada tiga pasar tradisional di Kota Semarang yang ramai didatangi oleh masyarakat. Pasar tradisional tersebut adalah Pasar Bulu, Pasar Kembang Kalisari, dan Pasa Peterongan. Setelah meninggalkan kesan kumuh, bukan hanya untuk berbelanja, tak sedikit masyarakat yang datang malah untuk berswafoto.

Adapun inovasi terbaru yang dilakukan oleh Hendi dalam penanganan kawasan kumuh di Kota Semarang adalah Kampung Pelangi. Dukuh Wonosari, yang berada di belakang Pasar Kembang Kalisari, ini sengaja dicat warna-warni pada setiap rumah warganya.

"Itu dilakukan untuk meninggalkan kesan kumuh yang menjadi citra kampung tersebut," ujar Hendi.

Dia mengaku hal itu terinspirasi dari sebuah permukiman di Rio De Janeiro, Brazil. Kini, "Kampung Pelangi" di Dukuh Wonosari itu menjadi salah satu destinasi wisata di Kota Semarang.

Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com