Kilas daerah

Cuma di Purwakarta Hari Buruh Diisi Karnaval Budaya?

Kompas.com - 08/05/2017, 15:40 WIB

PURWAKARTA, KOMPAS.com - Hari Buruh Internasional yang diperingati setiap 1 Mei digelar berbeda di Purwakarta, Jawa Barat. Tak ada tuntutan perbaikan kesejahteraan oleh ribuan orang yang turun ke jalan di kabupaten itu.

Para buruh di Purwakarta merayakan "ritual" hari buruh se-dunia itu dalam bentuk Karnaval Budaya Nusantara. Halaman Kampus Universitas Pendidikan Indonesia cabang Purwakarta menjadi titik kumpul para buruh yang tergabung dalam Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI), Senin (1/5/2017) lalu.

Para buruh yang berkumpul sejak Pukul 13.00 WIB itu tampak membawa atribut kesenian dari berbagai daerah mulai dari Tanjidor, Kuda Lumping, hingga Genye dan manusia tanah yang menjadi kesenian khas Purwakarta.

Seluruh peserta aksi tampak membawa beras yang mereka masukan ke dalam botol, lalu dikumpulkan dan disumbangkan kepada seluruh masyarakat penerima jatah beras sejahtera di Purwakarta. Kabupaten Purwakarta memiliki istilah sendiri untuk beras tersebut, yakni beras perelek.

Jajang (25), seorang buruh, warga Cipaisan, Kabupaten Purwakarta, mengaku antusias mengikuti kegiatan bersama rekan-rekannya di FSPMI Purwakarta dan Pemerintah Kabupaten Purwakarta tersebut. Dia menilai ada perbedaan antara peringatan Hari Buruh di Purwakarta dengan daerah lainnya yang berlangsung ricuh.

"Alhamdulillah, aksi ini berjalan tenang dan damai. Baru saja saya baca di media online, daerah lain rusuh, ada bakar-bakaran," jelas Jajang yang sehari-hari bekerja di salah satu pabrik otomotif di Purwakarta tersebut.

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi yang terlihat mengikuti long march dari Kampus UPI Purwakarta di Jalan Veteran menuju Lapang Sahate di Jalan KK Singawinata pun menuturkan, buruh di wilayahnya memiliki kedewasaan dalam mengungkapkan pendapat sehingga setiap aksi berlangsung secara elegan.

Dok Humas Pemkab Purwakarta Bupati Purwakarta dan ribuan buruh memperingati Hari Buruh dengan acara karnaval budaya pada Senin (1/5/2017).
Dedi menilai, cara itu sama sekali tidak mengurangi esensi penyampaian aspirasi. Menurut dia, banyak cara bisa dilakukan tanpa harus merugikan pihak lain.

"Ini lebih elegan, esensinya sama. Para buruh ingin ada aspirasi yang disampaikan kepada pihak perusahaan mereka masing-masing, ada pengumpulan tanda tangan, nanti kan bisa mereka selesaikan secara bipartit. Sebagai bentuk dukungan, saya pasti tanda tangan," jelas Dedi.

Pada acara tersebut juga terlihat berbagai spanduk berisi tuntutan para buruh kepada perusahan tempat mereka bekerja. Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi pun sempat menaiki mobil bersama para buruh dan memberikan semangat juga imbauan agar peserta aksi menjaga kebersihan dan ketertiban.

Program "Perelek"

Selain acara peringatan berbalut karnaval, para buruh juga menggelar aksi pengumpulan beras "Perelek". Masing-masing peserta membawa satu botol air mineral bekas berisi beras untuk dikumpulkan dan dibagikan kepada warga Purwakarta yang lebih membutuhkan.

Kegiatan itu menjadi langkah awal Pemerintah Kabupaten Purwakarta agar buruh di wilayah tersebut memiliki keluarga binaan. Soal keluarga binaan yang dimaksud itu, lanjut Dedi, jumlah pendapatan yang dimiliki oleh buruh setiap bulannya akan menjadi indikator kriteria keluarga binaan yang mereka dampingi.

"Program untuk buruh di May Day kali ini ada dua. Pertama, pengumpulan beras perelek yang nanti dibagikan kepada warga yang membutuhkan. Kedua, keluarga binaan, kita sesuaikan dengan pendapatan mereka," jelas Dedi.

IRWAN NUGRHA/KONTRIBUTOR PURWAKARTA

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com