Advertorial

Memberi Angin Perubahan untuk Anak-anak Papua

Kompas.com - 10/05/2017, 16:24 WIB

Mendengar nama Papua, provinsi paling timur Indonesia, Anda pasti langsung teringat dengan destinasi wisata bahari eksotis Raja Ampat yang dan sumber daya alam berlimpah yang dimilikinya. Namun dibalik cerita tentang kekayaan alam papua dan pemandangan eksotisnya, Papua menyimpan cerita kelam di bidang pendidikan.

Pada era yang sudah serba maju dimana perkembangan teknologi begitu pesat, masih banyak anak di pelosok Papua yang belum bisa menjangkau pendidikan. Jangankan bersekolah, mendapat buku bacaan yang layak saja sulit.

Berangkat dari kepedulian terhadap kondisi pendidikan di Papua, pada 2013 sekelompok mahasiswa dari Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta yang  pernah melakukan kuliah kerja nyata (KKN) di timur Indonesia tersebut tergerak membuat komunitas bernama #UntukPapua.

Gerakan yang dilakukan oleh komunitas tersebut bertujuan memajukan bidang sosial dan pendidikan di Papua. Gerakan #UntukPapua ini dimulai di Kampung Manyaifun, Distrik Waigeo Kepulauan, Kabupaten Raja Ampat.

Fajar Surya Budiman, pendiri komunitas #UntukPapua, mengatakan pada saat itu mereka sangat prihatin melihat kondisi pendidikan di tempat mereka KKN. Banyak sekali ketertinggalan.

“Mayoritas siswa SMP tidak bisa membaca, mereka belajar dengan lebih banyak mendengar. Saya merasakan pendidikan di sana, kemudian kembali ke Jakarta, saya merasa sekali ketertinggalan pendidikan mereka,” ujarnya.

Fajar dan teman-temannya kemudian memutuskan untuk mulai berkeliling untuk mengajar dan mendengar pendapat masyarakat mengenai apa yang mereka butuhkan dan inginkan terkait pendidikan. “Kami melintasi pegunungan dengan menempuh perjalanan 3-4 jam untuk menuju wilayah pesisir. Kami datangi mereka sebagai guru,” kata Fajar.

Komunitas #UntukPapua juga menggalang bantuan dan kepedulian dari masyarakat Yogyakarta. Setelah Fajar lulus kuliah, ia mulai berpikir untuk mengembangkannya ke sejumlah daerah. Alasannya, agar tidak hanya orang Yogyakarta saja yang peduli, namun juga orang di Jakarta dan provinsi lainnya.

"Kebetulan saya saat ini bekerja di salah satu kementerian. Jadi, setiap kali ke daerah ketemu teman-teman, saya perkenalkan komunitas #UntukPapua. Kemudian, kami mulai membuat daftar apa saja yang kira-kira dibutuhkan oleh anak-anak Papua," kata dia.

Saat ini, komunitas #UntukPapua telah berhasil membangun beberapa sarana dan banyak melakukan kegiatan-kegiatan sosial untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.

"Kami sekarang punya empat rumah belajar, kampanye seribu seragam sekolah, dan meningkatkan perekonomian para ibu melalui koperasi. Lalu, pembuatan video pariwisata yang bekerja sama dengan Dinas Pariwisata dengan mengangkat anak-anak lokal," jelasnya.

Selain itu, komunitas #UntukPapua juga bersinergi dengan beberapa guru untuk ditempatkan di Papua dan mengumpulkan data mengenai kebutuhan pendidikan anak-anak di sana.

Agar dapat menginspirasi anak-anak muda lainnya untuk mencurahkan kepedulian kepada pendidikan anak-anak Papua, Fajar menuangkan kisa perjuangannya bersama komunitas #UntukPapua dalam sebuah buku berjudul Manyaifun, Jejak Kaki di Timur Negeri.

Keinginan Fajar agar anak-anak Papua dapat mengakses buku bacaan yang menunjang pendidikan kini juga sudah menemukan titik cerah melalui Gerakan #BukuUntukIndonesia. Masyarakat dapat berdonasi minimal Rp 100 ribu yang kemudian akan dikonversi menjadi buku bacaan. Bukan hanya untuk anak Papua tetapi juga anak-anak di pelosok lainnya.

Anda juga dapat ikut mendukung Gerakan #BukuUntukIndonesia dan mewujudkan masa depan anak-anak yang lebih baik dengan mengunjungi www.bukuuntukindonesia.com. (Adv)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com