Advertorial

Harapan Baru dari Ufuk Timur

Kompas.com - 18/05/2017, 22:00 WIB

Di tengah merosotnya cadangan minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia, kawasan timur memberi harapan akan potensi sumber daya migas yang menjanjikan, yang siap untuk dieksplorasi. Namun sejumlah tantangan perlu dijawab terlebih dahulu untuk memastikan kegiatan pencarian migas di kawasan tersebut dapat  berjalan sesuai harapan.

Ahli geologi membagi kawasan geologi  Indonesia berdasarkan kondisi geologi bawah permukaan dan sejarah kegiatan eksplorasi. Berdasarkan dua hal tersebut, kawasan timur dimulai dari Selat Makassar sampai ujung timur Indonesia. Kawasan  barat berada di lokasi sebaliknya.

Kegiatan eksplorasi dan produksi migas di  kawasan barat sudah dilakukan sejak masa kolonial Belanda. Kegiatan di wilayah ini relatif lebih mudah karena secara umum lokasi cadangannya  berada pada kedalaman dangkal dan infrastruktur yang mendukung juga sudah tersedia. Namun di sisi lain, cekungannya tergolong mature sehingga sulit mengharapkan temuan baru yang besar dari kawasan ini.

Semua praktisi hulu migas saat ini melirik ke kawasan timur Indonesia. Meskipun kegiatan eksplorasi di kawasan tersebut masih minim, tetapi potensi penemuan cadangan migas yang besar sangat signifikan.

Beberapa contoh penemuan  cadangan besar di kawasan tersebut adalah Lapangan Jangkrik di Selat Makassar, Lapangan Abadi di Laut Arafuru, dan enam lapangan yang memasok gas untuk proyek Tangguh LNG di Papua Barat.

Data menunjukkan bahwa cadangan migas terbukti di kawasan timur Indonesia adalah sebesar 1,8 miliar barrel setara minyak atau barrel oil equivalent (BOE). Sedangkan sumber daya migas yang belum terbukti diperkirakan sekitar 11,7 miliar BOE. Dengan dua data ini, potensi sumber daya yang belum teridentifikasi di wilayah timur diperkirakan jauh lebih besar dari itu.

Terlepas dari potensi yang menjanjikan tersebut, eksplorasi migas di kawasan timur juga penuh tantangan. Tantangan utamanya adalah kompleksitas struktur, minimnya data, dan yang paling utama adalah lokasi yang terpencil sehingga lebih menyulitkan untuk kegiatan operasi.

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) melakukan  berbagai upaya untuk mendorong kegiatan eksplorasi yang sudah lama terkonsentrasi di kawasan barat untuk  bergerak ke timur. Berbagai upaya, seperti workshop, studi, dan pendekatan persuasif kepada Kontraktor KKS, dilakukan untuk mendorong eksplorasi di kawasan timur.

Dalam tiga tahun terakhir, Divisi Eksplorasi SKK Migas juga telah melakukan join studi dengan Kontraktor KKS, perguruan tinggi, dan mitra lainnya untuk mempelajari konsep geologi kawasan timur Indonesia. Tujuan dari studi ini adalah menyusun konsep geologi baru, lengkap dengan detail pembahasan seluruh aspek petroleum system, bagi kawasan timur. Studi ini akan dibukukan dalam satu memoar yang akan menjadi panduan untuk mengurangi risiko-risiko eksplorasi di kawasan timur.

Upaya ini tentu perlu didukung oleh semua pemangku kepentingan karena kendala eksplorasi tidak melulu persoalan teknis. Bahkan SKK Migas mencatat bahwa tantangan yang mendominasi eksplorasi saat ini justru dari aspek nonteknis, seperti perizinan, penolakan masyarakan, dan lain-lain.

Kawasan timur tidak hanya menjanjikan peluang tetapi juga mengandung risiko dengan segala kompleksitas teknis di dalamnya. Butuh investor dengan kemampuan dana yang kuat dan mampu menanggung risiko besar untuk melakukan pencarian migas di cekungan-cekungan dalam di kawasan tersebut. Seluruh pemangku kepentingan perlu menyadari akan hal ini sehingga dapat bersinergi menciptakan iklim investasi yang kondusif.

Urgensi dukungan bersama ini semakin menguat di tengah harga minyak dunia yang tidak bersahabat. Dalam acara the 41st Indonesian Petroleum Association (IPA) Convention and Exhibition yang  berlangsung di Jakarta Convention Centre pekan ini, pelaku industri kembali menekankan pentingnya iklim investasi yang kondusif di Indonesia.

Presiden IPA Christina Verchere mengatakan saat ini perusahaan migas di seluruh dunia bergerak di tengah keterbatasan modal investasi akibat rendahnya harga minyak dunia. Perusahaan-perusahaan ini merespons hal ini dengan menyesuaikan rencana investasi mereka. Saat ini seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia, berkompetisi untuk menarik investasi untuk menemukan cadangan di wilayah-wilayah yang lebih terpencil dan menantang secara teknis.

"Daya saing, efisiensi, dan reformasi regulasi merupakan kata kunci untuk menarik investasi di masa depan," ujarnya.

Kawasan timur Indonesia menyediakan potensi migas. Namun bisa tidaknya potensi ini dimanfaatkan sangat tergantung apakah semua elemen di Indonesia mampu bekerja sama memperkuat daya saing Indonesia dalam menarik investasi.

 

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com