Advertorial

Hindari Bisnis Musiman (Bagian 1)

Kompas.com - 24/05/2017, 13:26 WIB

Lihat bisnis tahu bulat laris, ikut coba peruntungan di sana. Bisnis kedai kopi laris, juga ikut bisnis di bidang yang sama. Sebenarnya, cara berbisnis seperti ini baik tidak, ya?

Ada beberapa jenis bisnis yang bisa disebut “bisnis musiman”. Tren bisnis itu laris hanya dalam periode waktu tertentu. Setelah trennya berlalu, bisa jadi jenis bisnis itu tak terdengar lagi gaungnya.

Pengalaman kurang menyenangkan karena mengikuti “bisnis musiman” pernah dialami penggagas bisnis waralaba dengan merek Nachos Hot, Anke Dwi Saputro. Meski laku di luar negeri, rupanya bisnis tersebut kurang diminati konsumen lokal.

“Dari sini saya insyaf untuk bisnis makanan yang bersifat musiman,” tutur Anke di ajang UKM Outlook 2017 kepada Smart-money.co di Menara BCA, Jakarta Sabtu (4/2/2017).

Dari kegagalan itu, Anke belajar bahwa makanan yang memang merupakan konsumsi harian punya peluang besar. Namun untuk menjalankan itu, kata Anke, bisnis harus mengikuti aturan, yaitu konteks dan konten.

Konteks, menurut Anke, merujuk pada hal-hal yang membuat konsumen jadi betah dan nyaman saat menikmati makanan. Sementara konten, terkait dengan rasa.

“Rasa yang enak tetap menjadi kunci yang akan membawa konsumen itu kembali lagi,” katanya. Tak cukup di situ, Anke juga mengingatkan, siapa pun yang ingin masuk bisnis kuliner perlu mempelajari soal keamanan makanan untuk menjaga kualitas rasa.

Misalnya, daging yang sudah masuk kulkas, kemudian dikeluarkan dan terpapar udara, tidak boleh dimasukkan kulkas lagi. “Karena bsinis kuliner itu terkait erat dengan hal-hal kecil, seperti rasa, kesegaran daging dan lainnya,” ungkapnya.

Sumber: Smart-money.co

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com