Advertorial

Jalan Layang Perlintasan Kereta, Harapan Baru Pangkas Stres Macet Mudik

Kompas.com - 20/06/2017, 10:12 WIB

Masih ingat tragedi macet luar biasa di daerah Brebes pada masa mudik Lebaran tahun 2016 lalu? Boleh jadi, sebagian dari Anda yang membaca ini termasuk “korban”-nya.

Kemacetan memang lazim terjadi di jalur-jalur tertentu menjelang dan setelah mudik Lebaran. Namun, insiden pada tahun 2016 itu disebut sebagai yang paling parah. “Ini luar biasa macetnya. Ini paling parah,” ujar Parto, seorang warga yang saat itu sedang dalam perjalanan mudik ke Pemalang, sebagaimana diberitakan Kompas.com, Senin (4/7/2016).

Macet sampai belasan jam bagaikan pil pahit yang harus ditelan para pemudik yang memilih menggunakan jalan darat, dengan membawa kendaraan pribadi atau menumpang bus. Suka atau tidak, kemacetan harus diterjang demi bisa bertemu keluarga dan merayakan Idul Fitri bersama.

Kemacetan bisa dibilang sebagai masalah klasik. Namun, tentu saja itu tidak dapat dibiarkan. Pasalnya, dampak kemacetan itu berat, salah satunya menyebabkan stres dan depresi.

Sebenarnya, salah satu sumber kemacetan yang cukup “akut” adalah perlintasan sebidang dengan rel kereta api. Di titik itu, perjalanan kendaraan bisa terhambat cukup lama karena menunggu kereta melintas. Dalam sehari, penutupan perlintasan sebidang dengan rel kereta api bisa menghabiskan waktu berjam-jam.

Contoh nyatanya kerap terjadi di Dermoleng dan Kretek, Kabupaten Brebes serta Klonengan dan Kesambi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, yang sering digunakan sebagai jalur mudik. Di titik-titik tersebut, dilansir dari Kompas.com, setiap harinya ada 72 kereta yang lewat. Sekali kereta melintas, jalan ditutup selama lima menit. Bila ditotal, dalam satu hari penutupan jalan bisa mencapai 360 menit atau 6 jam.

Saat masa mudik Lebaran, kereta melintas lebih sering. Sebab, kereta antarkota yang beroperasi lebih banyak lagi. Bila tidak diantisipasi, kemacetan yang dialami para pemudik akan terus terjadi.

Menghindari hal tersebut, sejak awal tahun 2017 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) membuat jalan layang di empat perlintasan kereta tersebut. Empat jalan layang tersebut antara lain Klonengan, Dermoleng, Kretek, dan Kesambi yang berada pada ruas jalan Tegal-Purwokerto.

- Jalan layang Dermoleng yang berada di wilayah Ketangungan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. (KOMPAS.com / DANI PRABOWO)
 

Ruas jalan tersebut menjadi jalur kendaraan dari Pantura menuju lintas tengah dan selatan Jawa. Sebagai informasi, pada hari biasa waktu yang dibutuhkan dari Pejagan untuk melewati empat perlintasan kereta ini, dengan jarak sejauh 60 km, adalah sekitar 4 jam. Namun, pada saat mudik menjadi 14-16 jam.

Kabar baiknya, dengan beroperasinya jalan layang tersebut, pada mudik Lebaran tahun ini perjalanan dari Pejagan melewati perlintasan kereta diperkirakan bisa ditempuh dalam waktu 5-6 jam. Menurut Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, flyover tersebut  sudah dibuka 10 hari sebelum Lebaran.

"Pada tanggal 15 atau 16 Juni sudah bisa dipakai, open traffic untuk arus mudik. Khusus flyover Klonengan sudah sampai tahap penyelesaian untuk dapat beroperasi penuh," kata Menteri Basuki usai meninjau empat jalan layang tersebut, Sabtu (10/6/2017) lalu.

Basuki menyebutkan, total panjang keempat jalan layang tersebut 2,8 km. Anggaran pembangunannya sebesar Rp 350 miliar, di mana biaya konstruksi sebesar Rp 316 miliar, dan sisanya digunakan untuk kontrak supervisi.

Pengerjaan jalan layang perlintasan kereta api ini terbilang cepat. Terkait hal tersebut, Basuki menjelaskan, percepatan pembangunan  didukung oleh penggunaan teknologi Corrugated Mortar Busa Pusjatan (CMP), sebuah pengembangan dari teknologi Corrugated Steel Arch oleh Pusat Litbang Jalan dan Jembatan Balitbang Kementerian PUPR.

Dengan teknologi CMP waktu pengerjaan jalan layang perlintasan kereta api itu dapat dihemat hingga 50 persen. Manfaat lain yang terasa, kata Basuki, adalah penghematan biaya hingga 70 persen, serta pembangunan yang ramah lingkungan karena menggunakan lebih sedikit material konstruksi.

"Teknologi yang kita gunakan sama dengan saat membangun di Jembatan Antapani, sehingga penyelesaiannya Flyover Klonengan ini bisa diselesaikan sampai saat ini dengan waktu pengerjaan sekitar 5 bulan," tutur Basuki.

Menurut Basuki, percepatan pembangunan jalan layang ini memang dikhususkan untuk memperlancar arus mudik Lebaran 2017. Sebagai informasi, pembangunan jalan layang Dermoleng sepanjang 500 meter ditangani oleh kontraktor PT Adhi Karya (Persero) Tbk-CDI KSO. Sementara itu, jalan layang Klonengan sepanjang 1.050 meter ditangani oleh kontraktor PT Hutama Karya.

Jalan layang Kesambi dengan panjang 470 meter ditangani oleh PT Brantas Abipraya. Terakhir, jalan layang Kretek dengan panjang 700 meter yang juga ditangani oleh PT Adhi Karya (Persero) Tbk.

Sabtu lalu, sebelum meninjau empat jalan layang perlintasan kereta api tersebut, Menteri Basuki beserta timnya melintas di jalan Pantura. Menurut ia, saat itu perjalanan dapat ditempuh lebih lancar. Sebab, Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR telah melakukan perbaikan jalan di ruas jalan tersebut dengan program sapu lubang jalan beberapa waktu lalu.

Meski begitu, sebagai informasi untuk para pemudik, saat itu tim masih menemui kemacetan saat memasuki pasar grosir tekstil Tegalgubug di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Menurut pantauan tim Kementerian PUPR, kemacetan di sekitar pasar mengular sampai 3 km.

Sebagai solusi, rencananya pasar tersebut akan ditutup sejak 4 hari sebelum Lebaran. "Kami sudah kordinasikan dengan Kepala Korps Polisi Lalu Lintas Irjen Royke Lumowa dan pasar tradisional ini H-4 akan ditutup, jadi diharapkan tidak menimbulkan kemacetan pada saat arus mudik," kata Basuki.  

Basuki berharap, langkah-langkah tersebut dapat memperlancar arus mudik di jalur Pantura dan kawasan Brebes. Dengan demikian, perjalanan untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri bersama keluarga terasa lebih nyaman dan bebas dari stres. (Adv)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com