Advertorial

Besarnya Potensi Suatu Kawasan menyebabkan ‘Senin Harga Naik’ (Bagian 2)

Kompas.com - 23/06/2017, 11:20 WIB

Kenaikan harga properti di Indonesia umumnya diakibatkan dari kenaikan harga bangunan dan upah pekerja. Pada kondisi tertentu, pengembang bahkan bisa saja terkesan tak memberi pilihan banyak pada calon pembeli properti.

“Jika stok tinggal sedikit dan permintaan banyak, pengembang biasanya tak menaikkan harga dan tidak memberi diskon sama sekali. Ini jadi kesempatan bagi pengembang untuk mengatakan pada konsumen potensial take it or leave it,” ujar Stephanie.

Meski demikian, secara umum pengembang melakukan tiga kali koreksi harga dalam satu tahun dengan persentase antara 5 sampai 7 persen.

Lalu apa yang harus dilakukan agar mendapatkan harga terbaik?

Menurut Stephanie, saat paling tepat mencari properti adalah cari properti yang baru melalukan peluncuran atau masih dalam tahap pembangunan. Selain harganya jauh lebih rendah, pengembang biasanya juga memberi iming-iming diskon.

Akan tetapi, kelemahannya dari membeli properti pada fase ini adalah konsumen tak bisa mengetahui dengan pasti hasil jadi dari properti tersebut. Selain itu ada juga kekhawatiran kemunduran jadwal pembangunan.

Sebagai informasi, sebelumnya, hasil Survei Harga Properti Residensial Bank Indonesia sepanjang kuartal tiga 2016 mengungkap bahwa properti di Surabaya mengalami peningkatan harga tertinggi. Sementara itu, perumahan di Denpasar, Palembang dan Pontianak mengalami penurunan terbesar.

Sumber: smart-money.co

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com