Advertorial

Asyiknya Jalani Bisnis yang Berikan Kepuasan Batin

Kompas.com - 28/06/2017, 14:45 WIB

Saat seseorang memutuskan merintis bisnis, tujuan yang ingin dicapai sebenarnya tak semata-mata soal uang atau keuntungan. Ada yang lebih besar dari itu, yakni kepuasan batin dan idealisme.

Henry Lukito Setiawan contohnya. Baginya, kepuasan batin bisa diperoleh dengan mendirikan bisnis pendidikan. Hal itu yang ia lakukan sejak setahun yang lalu.

Sebelumnya, ia sukses dengan bisnis di bidang telekomunikasi, yakni HLS Telecom, dan HLS Yamaha Music. Henry kemudian mencoba mengaktualisasi diri dengan mendirikan bisnis pendidikan fashion dan desain interior.

Dikutip dari Smart-money.co, Henry sadar Indonesia punya banyak sekali talenta di bidang desain dan fashion. Oleh sebab itu, menurut ia, bidang tersebut amat menarik dan menjanjikan peluang yang baik untuk anak bangsa.

Pandangannya tersebut mendapat dukungan dari Inter National Institute of Fashion Design (INIFD) yang berpusat di India. Dari situ, Henry kemudian mendirikan sekolah fashion dan desain.

Lalu, mengapa INIFD diyakini mampu mendukung kesuksesan sekolah yang ia kelola? Menurut Henry, Indonesia dan India memiliki beberapa kemiripan. Misalnya, dari cara berpakaian. Selain itu, India adalah negara yang punya sumber daya manusia yang ahli di bidang tekstil.

“Oleh karena itu, saya coba terjemahkan minat dari orang lokal kita seperti apa melalui sekolah ini,” kata Henry sebagaimana ditulis Smart-money.co.

Sekolah tersebut kemudian mulai beroperasi sejak Juni 2016. Kurikulum yang diterapkan banyak didukung oleh INIFD. Salah satu bentuk dukungan mereka adalah dengan menyiapkan publikasi dan bahan ajar.

Sebagai sekolah baru, INIFD di Indonesia pun masih dalam proses perkenalan ke masyarakat. Saat ini, Henry banyak melakukan publikasi secara online dan offline. Henry juga memanfaatkan pameran pendidikan dan workshop untuk memperkenalkan diri kepada calon siswanya.

Sebagai daya tarik, INIFD mengunggulkan diri dengan kualitas pengajar yang merupakan lulusan Eropa, khususnya Perancis dan Milan. “Jadi, kami memang dibantu tenaga pengajar yang fasih dalam dunia fashion. Untuk standar pengajar sendiri, kami sudah sesuai standar INIFD pusat,” tutur Henry.

Bagaimana Henry membuat bisnis pendidikan fashion dan desain ini diminati anak bangsa? Henry menuturkan, pangsa pasar fashion sangat luas. Ia bisa mencari tahu apa yang dibutuhkan, apa yang sedang tren dan diminati. Dari situ, ia menentukan program dan kurikulum apa yang bisa diterapkan di sekolah.

Awalnya, ia aktif melakukan publikasi dan workshop yang ternyata mendapat sambutan positif. Antusiasmenya besar dan banyak murid yang akhirnya mengikuti kelas tersebut.

Bisnis pendidikan ini, kata Henry, tak terlalu banyak menghasilkan uang, namun memberi kepuasan pada dirinya. “Setidaknya kami bisa membekali orang lain atau anak didik dengan keterampilan agar mereka bisa menciptakan sesuatu,” katanya.

Industri fashion, tutur Henry, merupakan sarana untuk membentuk kreativitas individu, yang dapat menjadi bekalnya di masa depan. Demi menghasilkan bibit-bibit yang baik, Henry memaksimalkan metode pengajaran dengan media ajar multimedia. Dengan demikian, murid bisa mendapat ilmu langsung dari guru-guru asal Milan atau Perancis melalui panggilan video.

“Mudah-mudahan, sekolah kami bisa melahirkan para perancang muda yang terpandang di dunia fashion. Hal terpenting, mereka yang bergabung dengan sekolah kami, bisa merasa nyaman dan bisa membuat sesuatu dari kemampuan mereka sendiri,” kata Henry.

Sumber: Smart-money.co

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com