Advertorial

Hal-hal yang Perlu Anda Ketahui Sebelum Berbisnis Batik

Kompas.com - 04/07/2017, 14:30 WIB

Setiap orang perlu menyiapkan strategi dan prinsip khusus untuk menjalankan sebuah bisnis.  Sebab, setiap bidang bisnis mempunyai keunikan tersendiri yang hanya bisa sejalan dengan langkah-langkah atau prinsip tertentu. Contoh nyatanya, bisnis batik.

Dikutip dari Smart-money.co, Rektor Univesitas Pekalongan (Unikal) Suryani menyatakan sebuah prinsip mengenai bisnis batik. “Batik itu bukan soal jualan produk, melainkan jualan nilai,” katanya. Menurut ia, batik itu memiliki nilai tinggi yang berasal dari proses pembuatannya yang mengandalkan kerajinan tangan. Proses pembuatan itu membutuhkan usaha yang keras dan waktu lama.

Saat ini, banyak muncul kain cetakan bermotif batik, namun apakah itu bisa disebut sebagai batik? Belum tentu. Dilansir dari Smart-money.co, pendiri Galeri Batik Jawa Indigo Nita Kenzo mengatakan, produk kerajinan tangan tidak bisa disamakan dengan produk yang melalui proses pabrikasi.

Menurut Nita, seharusnya bisnis batik menonjolkan nilai kesulitan dan kreativitas dari proses pembuatannya. “Kalau hanya fokus pada nilai ekonomi (bukan nilai), batik hanya akan mengarah ke printing,” ungkapnya.

Oleh karena itu, Nita punya siasat tersendiri agar bisnis batiknya tetap bisa berlanjut dan tidak kalah dari produk printing. Salah satunya, dengan menerapkan dua strategi harga.

“Gunakan harga premium dan harga terjangkau. Harga premium hanya untuk batik yang memang proses pembuatannya butuh waktu lama, misalnya setahun baru menghasilkan satu batik,” kata Nita.

Sementara strategi harga terjangkau digunakan untuk menutup tenggang waktu kosong saat menunggu batik premium selesai dibuat.

“Caranya tergantung kepintaran pengrajin batik sendiri dalam membuat batik dengan kualitas bagus namun dalam waktu yang tidak terlalu lama,” kata dia.

Sleain harga, Nita menambahkan, strategi yang diperlukan untuk menjaga kesuksesan bisnis batik adalah dengan memperhatikan betul bahan pembuatan batik. Gunakan bahan pewarnaan yang berasal dari alam misalnya tanaman Indigofera Tinctoria. Menurut Nita, banyak konsumen, khususnya yang berasal dari luar negeri, suka dengan batik ramah lingkungan.

“Ke depan batik-batik ramah lingkungan ini yang akan menjadi kekuatan batik nasional," tutur Nita.

Selanjutnya, mengatur strategi dalam pengemasan atau packaging juga perlu diperhatikan. Direktur Edukasi dan Ekonomi Kreatif Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Poppy Savitri mengungkapkan, kemasan adalalah hal penting yang perlu diperhatikan pebisnis batik dalam memasarkan produknya.

Menurut ia, batik seharusnya memiliki kemasan eksklusif, karena batik bukan merupakan produk sembarangan, melainkan produk yang sarat dengan makna.

Sumber: Smart-money.co

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com