Kilas

Wali Kota Semarang Menghadiri Haul Kiai Saleh Darat

Kompas.com - 04/07/2017, 20:51 WIB

SEMARANG, KOMPAS.com- Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menghadiri peringatan haul ke-117 Kiai Saleh Darat di komplek pemakaman Bergota, Semarang. Haul yang digelar pada Selasa (4/7/2017) itu dihadiri para tokoh Nahdlatul Ulama dan Ketua MUI Jawa Tengah KH Ahmad Daroji.

Saleh Darat merupakan salah satu ulama besar nusantara yang memiliki nama lengkap Muhammad Saleh bin Umar As-Samarani. Kiai Saleh Darat dimakamkan di pemakaman umum Bergota, Semarang.

Hendrar Prihadi membuka kegiatan ziarah dan tahlil akbar. Ketua PCNU Kota Semarang KH. Anasom, KH Hadlor Ihsan, anak cucu Saleh Darat KH. Agus Taufiq, serta ribuan peziarah hadir dalam haul itu.

Hendrar mengajak peziarah untuk menghargai dan mengenang jasa Kiai Saleh Darat yang telah berkontribusi besar bagi masyarakat. Penghormatan dilakukan dengan pembacaan tahlil, yasin dan doa bersama di komplek pemakaman itu.

“Kiai Sholeh Darat memberikan contoh kebaikan, kerendahan hati, tawadu yang patut dimiliki seorang pemimpin. Sikap tawadu ini perlu diteladani dengan tidak melihat kedudukan ataupun pangkat melainkan amalan seseorang,” ujarnya.

Perilaku Kiai Saleh Darat pun patut diteladani. Sikap rendah hati Kiai Saleh Darat mesti menjadi panutan dalam keseharian. Sebab, dia melanjutkan, semua jabatan di dunia sekedar amanah.

“Kebersamaan dan keteladanan yang terwujud dari haul ini harapannya menjadi upaya keras bersama memajukan Kota Semarang menjadi lebih baik dan hebat,” katanya.

Sosok Kiai Saleh Darat memang telah tiada satu abad silam. Meski begitu, Hendrar menegaskan, Kiai Saleh Darat dikenang sebagai guru para tokoh bangsa ini.

Saleh Darat merupakan guru dari pendiri dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiah. Pendiri NU KH Hasyim Asyari, pendiri Muhammadiah KH Ahmad Dahlan, serta tokoh emansipasi wanita R.A. Kartini pernah menimba ilmu padanya.

Dia menulis sejumlah kitab dengan aksara Arab Pegon dan berbahasa Jawa itu hidup satu masa dengan Syekh Muhammad Nawani al-Jawi al-Bantani dan Kiai Kholil bin Abdul Latief atau Mbah Kholil dari Bangkalan, Madura. Puluhan karya lahir dari tangannya, diantaranya yang terkenal adalah Majmu'at al-Syariat al-Syari'at al-Kafiat Li al-Awwan, yang merupakan kitab Arab Pegon berbahasa Jawa pertama di Indonesia.

NAZAR NURDIN/KOMPAS.com Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengajak warga Semarang meneladani Kiai Saleh Darat saat menghadiri haul ke-117 Kiai Saleh Darat di pemakaman umum Bergota, Semarang, Selasa (4/7/2017)


Nama Kiai Saleh Darat juga diabadikan menjadi sebuah nama masjid di Kota Semarang, As Saleh Darat, yang berdiri di Jalan Kakap Nomor 212. Masjid itu merupakan peninggalan Saleh Darat.

Dilansir dari situs resmi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, peringatan haul Kiai Saleh Darat dilakukan sejak tiga puluh tahun terakhir. Dulunya, peringatan hanya dilakukan dengan pembacaan tahlil di pusara mendiang, kemudian diisi dengan pengajian.

Dalam setiap peringatan, biasanya juga diadakan bedah buku (kitab) karya mendiang, salah satunya kitab Lathoifut Thoharoh wa Asrorus Sholah. Selain itu, panitia juga menggelar semaan Al-Qur’an oleh 40 hafid dan pembacaan maulid nabi. (KONTRIBUTOR SEMARANG/ NAZAR NURDIN)

Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com