0
Kilas

Banyuwangi akan Bangun Akses Penyandang Disabilitas di Tempat Wisata

Kompas.com - 07/07/2017, 03:02 WIB

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Muhammad Nurul Amin (25) tampak berbeda dengan pengunjung Gunung Ijen lain. Tak seperti pengunjung lain yang hanya menggendong ransel kecil atau sekadar tas selempang, Amin siang itu menggendong kawan sekampungnya, Supriyanto (35).

 

Amin tak hanya berdua dengan Supriyanto. Ia bersama enam orang lainnya. Termasuk Zainurrohman (32) Ketua RT 2 RW 1 Dusun Salamrejo, Desa Sumbergondo, Kecamatan Glenmore. Mereka berasal dari kampung yang sama.

 

"Perjalanan ini memang karena keinginan kami bersama. Terutama untuk mengantarkan Supriyanto ini," kata Amin, Selasa (4/7/2017).

 

Supriyanto merupakan penyandang disabilitas dengan kaki kanan yang membengkok di bagian mata kaki hingga telapak. Sehingga, ia sulit untuk berjalan. Supriyanto yang kini berusia 35 tahun sehari-hari hanya bekerja serabutan. Kendati demikian ia tetap sering berkumpul dengan pemuda yang sekampung.

 

Supriyanto sendiri mengaku pernah ke Gunung Ijen kepada teman-temannya. Namun nyatanya ia hanya pernah sampai Paltuding, tempat parkir kendaraan sebelum berjalan mendaki menuju puncak gunung dan melihat api biru di kawahnya. Gunung Ijen merupakan gunung berapi aktif dengan ketinggian 2.443 mdpl. Gunung yang terletak di Kabupaten Banyuwangi dan Bondowoso itu memang diminati wisatawan dari da

 

"Supriyanto ini dari lahir memang sudah spesial seperti ini. Kami sebagai teman harus mengetahui hal itu. Oleh karena itu jika ada kegiatan seperti ini kami tetap ingin mengajak dia," sambung Amin.

 

Rombongan Amin berangkat pukul 02.00 pagi. Mereka berharap dapat menyaksikan api biru atau melihat matahari terbit dari puncak Gunung Ijen.Jalan yang ditempuh selebar tiga meter dan terus menanjak. Rombongan ini sesekali berhenti untuk mengisi tenaga. Tugas menggendong dilakukan secara bergilir.

 

"Kami inisiatif sendiri bergantian menggendong Supriyanto. Tidak mungkin juga dia berjalan terus," ujar Amin.

 

Sesekali Supriyanto memang berjalan dituntun oleh temannya sambil memegang tongkat. Kaki kanannya hanya menggunakan kaos kaki hitam. Sedangkan, kaki kirinya berbalut kaos kaki dan sendal jepit bertali jingga. "Kalau ada kesempatan lagi pasti mau ke sini," ungkap Supriyanto.

 

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi tengah berfokus membangun industri pariwisata sebagai sektor andalan untuk mendongkrak perekonomian masyarakat. Sayangnya, tidak semua destinasi wisata memiliki akses bagi penyandang disabilitas.

 

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Banyuwangi Muhammad Yanuar Bramuda mengatakan fasilitas khusus bagi penyandang disabilitas di tempat wisata belum tersedia. Namun, pemerintah berencana menyiapkan akses bagi para penyandang disabilitas.

 

"Selama ini memang belum ada fasilitas khusus untuk penyandang disabilitas di tempat wisata alam. Namun ke depan semua akan kami fasilitasi karena semua orang berhak untuk mendapatkan pelayanan yang sama," kata Bramuda, Kamis (6/7/2017).

 

Saat ini, kawasan Gunung Ijen menyediakan fasilitas kereta dorong untuk mengangkut pengunjung yang tidak mampu mendaki dengan berjalan kaki. Fasilitas ini merupakan swadaya masyarakat. Setiap pengunjung yang ingin naik ke atas dan turun kembali ke Paltuding akan dikenai biaya sebesar 500 ribu rupiah.

 

"Fasilitas kereta dorong swadaya masyarakat sudah ada di Ijen. Ke depan juga akan ada kereta gantung. Sasarannya adalah wisatawan yang tidak mampu untuk berjalan dari bawah hingga puncak," kata Bramuda.

(KONTRIBUTOR BANYUWANGI/ FIRMAN ARIF)

Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com