Advertorial

Surabaya Cross Culture International 2017

Kompas.com - 12/07/2017, 09:02 WIB

Surabaya Jadi Etalase Kolaborasi Budaya Berbagai Negara

Surabaya akan menjadi panggung besar bagi bertemunya kreasi seni budaya negara-negara di dunia. Juli ini, ribuan delegasi budaya dari berbagai negara dan  berbagai daerah di Indonesia, akan menampilkan berbagai macam tari dan kesenian budaya di ajang Surabaya Cross Culture International (CCI) 2017. Tahun ini, agenda tahunan ini telah memasuki penyelenggaraan ke-13 kali.  

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Surabaya, Widodo Suryantoro menyampaikan, agenda Surabaya Cross Culture International tahun ini yang bertema Folk Art Festival, terbagi dalam dua sesi. Untuk sesi pertama tanggal 9 Juli 2017, dimulai dengan Festival tari Remo dan Yosakoi di halaman Taman Surya. Lalu untuk sesi kedua, pada 16-20 Juli. “Total pesertanya sebanyak 1.260. Bahkan masih mungkin bertambah,” ujar Widodo.

Sebelum perform, seluruh peserta lintas budaya akan memparadekan/memperkenalkan sekaligus mempromosikan budaya mereka pada Minggu (16/7). “Mereka berjalan sepanjang 4,8 km dengan rute start dari Taman Bungkul dan Finish di Monumen Bambu Runcing,” sambung Widodo.

Delegasi mancanegara yang tampil di Surabaya Cross Culture International berasal dari Tiongkok, Rusia, Slovakia, Kanada, Polandia, Thailand dan Lithuania. Termasuk juga dari Jepang, khusus untuk tari Yosakoi. Sementara dari dalam negeri diantaranya dari Surabaya, Jogjakarta, Bali, dan Aceh. Festival CCI bakal digelar di beberapa lokasi yang  merupakan simbol kesenian Kota Surabaya. Diantaranya di Gedung Balai Pemuda, Gedung eks-siola, Balai Budaya Surabaya. Serta di Taman Bungkul, G-Walk Citraraya Surabaya, Ciputra World dan Royal Plaza.

Selain tarian, Surabaya Cross Culture International juga dimeriahkan oleh penampilan musik serta workshop seni dengan narasumber pelaku-pelaku seni dari luar Surabaya. Workshop seni ini akan menjadi ajang transfer ilmu bagi para pelaku seni dan para peserta workshop tersebut.

Agenda CCI ini juga menjadi barometer bahwa Surabaya merupakan etalase bagi kolaborasi budaya. Tidak hanya budaya kota-kota di Indonesia. Tetapi juga budaya negara-negara Eropa dan Asia. Apalagi, mereka yang tampil di CCI merupakan orang asli dari negaranya, bukan orang Indonesia yang menampilkan tari-tarian dari negara luar. “Surabaya selama ini telah menjadi etalase budaya dari berbagai negara. Warga Surabaya bisa tahu bermacam tarian dari berbagai negara. Begitu pula delegasi negara asing, bisa mengetahui tarian Surabaya yakni Tari Remo,” sambung Widodo.(*) 

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com